Seorang teman pernah berkata, "Usahakan selalu jatuh cinta akan karakter, karena karakter sulit di rubah bahkan  tidak bisa".
Kita tidak bisa memilih jatuh cinta pada siapa karena  itu soal hati, tapi kita bisa memilih bagaimana berperilaku terhadap cinta. Maksudnya yaitu sikap kita terhadap yang kita cintai, bagaimana mengontrol rasa yang ditimbulkan hati sampai pada waktu yang tepat atau dalam hal ini pernikahan.Â
Kita tidak mau penyesalan itu datang bukan? Padahal kita sudah mengorbankan segalanya demi ia yang di cinta.
Hal termanis dalam cinta adalah ketika memiliki rasa, namun belum mampu mengungkapkan apa yang dirasa karena takut akan kehilangan sehingga hanya bisa memendamnya. Sesuatu yang tidak pasti itu memang menyebalkan sekaligus mendebarkan.Â
Apakah dia juga suka? Apa yang sedang dilakukannya dan bersama siapa?
Manusia itu makhluk dinamis yang mana dapat berubah kapanpun, begitupula dalam sebuah hubungan. Mungkin dia akan sangat suka hari ini, bisa jadi besok biasa saja bahkan yang ia suka lain lagi. Itulah pentingnya komitmen dan tanggung jawab.Â
Cintailah sewajarnya saja karena bisa jadi ia yang akan paling kau benci, dan benci sewajarnya saja karen bisa jadi ia yang paling kau cintai.
Egoisme dalam hal memiliki tidak salah namun bukan berarti benar. Kita tidak bisa memaksakan kehendak terhadap orang lain, namun tidak salah jika kita berusaha dan setelahnya jangan memaksa.
 Memaksa memiliki sesorang yang telah memiliki pemilik misalnya. Ko rasanya kaya piaraan dan majikan yah jika pakai kata pemilik wkwk. Tapi memang begitu kan, makanya ada istilah bucin atau budak cinta. Setiap orang yang diperbudak oleh cinta tidak jarang berkorban banyak hal untuk yang di cinta.
Bucin tidak salah jika pada orang yang tepat, yang salah jika sampai mengorbankan keluarganya untuk mengejar cinta yang salah atau dalam hal ini perselingkuhan.Â