Mohon tunggu...
Yakobus Molo Dini
Yakobus Molo Dini Mohon Tunggu... Guru - Data Diri

Berjalan sambil Menuai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Asal Mulanya Labu (Heansa)

23 Maret 2020   06:57 Diperbarui: 23 Maret 2020   06:57 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiba-tiba ia mendengar panggilan orang tunya saat itu. Uruk, uruk mari dulu,"panggil orang tuanya. "Ya a a", jawabnya kaget. Dengan cepat dirinya melangkahkan kaki ke tempat panggilan itu berada. Saat itu orang tuanya menyuruh dirinya:" Uruk, ini suami kamu dan sekarang siapkan kamar rumah kamu". Dengan hati yang berbunga-bunga ia membalikkan tubuhnya mengikuti perintah orang tuanya yang tengah duduk dengan sang pemuda yang menjadi suaminya itu. 

Malam yang panjang itu  menjadi sebuah ukiran cinta kedua insan dalam mengarungi pesona samudra impian saat Orang tua sang putri  menyuruh pemuda yang menjadi suami anak putrinya itu agar beristrahat berkata: "Silahkan ikut istri kamu yang sudah duluan". Sang pemuda dengan senyium membalikan tubuhnya mengikuti perintah itu.

Di kamar rumah yang ditunjukan itulah, sudah menanti sang kekasih telah mempersiapkan segala sesuatu untuk istrihat malam itu. Sebelum keduanya membaringkan tubuh mereka pada bale-bale kamar  itu, keduanya masih berceritra. Diujung ceritra itu si Putri Uruk menyuruh sang suami untuk menghitamkan giginya sebagai tanda ia sudah bersuami katanya:" Ba a tolong hitamkan gigi saya dulu". Namun, suaminya menolak  karena ia takut jangan-jangan ketika sang istri membuka mulut dirinya kembali menjadi ulat. Sehingga ia berkata:"Tidak ma, ma harus menghitamkan gigi saya duluan, setelah itu baru ba menghitamkan giginya ma".  Sang istri pun mengikuti apa yang dikatakan oleh suaminya itu.

Usai menghitamkan gigi suaminya, kini menjadi giliran istri. Sebelum menghitamkan suaminya berkata kepadanya:"Ma punya gigi tidak usah dihitamkan nanti kelihatan tidak cantik". "Nanti orang bilang saya masih muda", katanya kepada sang suami. Tetapi sang suami tetap mengelak agar gigi sang istri tidak boleh dihitamkan. Namun semakin ia memberi alasan istri tetap keberatan. Akhirnya dengan sedih ia melakukan apa yang diinginkan sang istri.

Ketika istrinya membuka muluk, disitulah secara tiba-tiba sang suami berubah wujud kembali menjadi ulat dan masuk dalam perut sang istri. Malam itu putri Uruk menjerit kesakitan karena digigit oleh sang ulat yang merupakan suaminya itu dan memanggil Bapak dan mamanya dengan berkata:" Ma a a...., Ba a a....,  saya tidak tahan lagi. Terlalu sakit ini".  

Meskipun tidur pulas namun kedua orang tuanya bangun dari tempat tidur dan menjelaskan kepada anaknya katanya:"Anakku, biasanya awal dari sebuah pertemuan antara suami dan istri seperti itu. jangan berteriak seperti itu nanti kita malu kalau didengar oleh orang lain". "Tapi saya tidak tahan ini, terlalu sakit", teriak Putri Uruk. Namun teriak demi teriak tidak beruntung. sebab orang tuanya terus memarahi dirinya. Putri Uruk, akhirnya meninggal dunia. Malam itu, sang Ulat  memakan Putri Uruk sampai habis.

Keesokan  harinya, matahari kian tinggi namun orang tuanya tidak melihat sesosok tubuh atau mendengar suara seseorang dari balik rumah itu. Tetapi orang tuanya tidak menaruh sedikit curiga pada keluarga baru itu. Hari makin siang, udara makin panas tak terdengar suara dari balik tirai rumah. 

Kecurigaan pun mulai ada dihati kedua orang tuanya. Akhirnya, kedua orang tuanya membongkar paksa pintu rumah anaknya itu. Namun, apa yang terjadi disitu ternyata ulat yang begitu besar seperti seorang bay yang tengah duduk. Orang tuanya pun menangis melihat kejadian itu. Sebab tak disangka kalau pemuda itu adalah siluman ulat yang telah memakan anaknya. Sehingga orang tuanya marah dan membakar rumah dengan ulat itu.

Sehari setelah rumah itu menjadi puing, tumbuhlah sebatang pohon labu(Henas) dari tempat ulat itu dibakar. Pohon labu itu merambat menjadi banyak dan berbuah. Orang tua sang Putri pun memelihara pohon labu itu.

Suatu hari mamanya sang putri jalan-jalan keliling tempat anaknya bersama ulat itu dibakar, ia tertarik dengan buah labu yang begitu besar dan ia memetik buah labu itu untuk dimasak. Saat memasak itulah terdengar suara dari dalam periuk katanya:"Rot rot baba'  nahan nias kau ren, rot-rot baba' nahan nias kau ren". Mendengar suara itu ibunya sang Putri langsung membuang periuk dengan buah labu yang dimasak itu.

Dituturkan oleh Elisabeth Bete Neno (alma)

Ditulis Oleh Yakobus M. Dini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun