Mohon tunggu...
Agus Maulana
Agus Maulana Mohon Tunggu...

tak terlalu cakap berbicara, lebih senang mendengar dan memberi pelukan..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan Untukku

31 Januari 2014   00:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:18 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

: ai

di beranda paling asing
aku duduk dan menyapa tetes-tetes hujan
yang menderas sejak kemarin sore
bersama kenangan yang mengigilkan angan

hujan meneteskan mimpi-mimpi
menyematkan rindu pada hati-hati yang mati
menghantarkan doa ke tempat paling jauh
pemecah sepi dan teman menyesap pahit kopi dan
kecemasan yang hadir tanpa permisi.

Ketika hujan nanti reda
aku rela menjadi pelangi yang hanya sementara
maka pandanglah aku, sebentar saja,
sebelum aku benar-benar memudar.

namun jika hujan tak kunjung reda
aku hanya ingin menjadi sebuah daun
yang tetap tabah sepanjang hari hujan
sampai kau;
perempuan yang menjadi matahari
datang kembali
dan menghangatkanku
mendekapku dengan sulur-sulur cahayamu
mengecup keningku dengan lembut
seraya merapalkan doa-doa,
semoga hujan tak menghanyutkan
cerita manis kita berdua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun