Seseorang dikatakan menjerumuskan dirinya ke dalam kehancuran ketika ia meninggalkan jihad, enggan berinfak, atau bersikap bakhil padahal mampu.
Kikir terhadap perjuangan agama adalah bentuk kebinasaan rohani, sebab ia mematikan semangat jihad dan menghapus keberkahan hidup. Dengan demikian, menjaga diri dari "at-tahlukah" bukan hanya soal keselamatan fisik, melainkan juga keselamatan iman dan semangat beramal.
Berbuat Ihsan dalam Setiap Amal
Selanjutnya, Allah berfirman:
"Dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
Kyai Afifuddin menjelaskan;
bahwa ihsan berarti menyempurnakan setiap amal dan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Ihsan bukan hanya "berbuat baik", tetapi beramal dengan kesadaran batin bahwa Allah melihat setiap gerak hati.
Amal yang disertai ihsan memiliki nilai lebih di sisi Allah, sebab bukan sekadar kewajiban yang dijalankan, tetapi bentuk cinta yang dihadirkan dalam ibadah. Maka, wa ahsinu menjadi seruan agar setiap aspek kehidupan --- ibadah, muamalah, perjuangan, bahkan infak --- dilakukan dengan niat yang tulus dan usaha terbaik.
Cinta dan Balasan Allah bagi Orang yang Berbuat Ihsan
: [: ]. : [: ].
Dalam tafsirnya, Kyai Afifuddin mengutip 2 ayat lain yang menegaskan keutamaan ihsan:
- "Sesungguhnya rahmat Allah dekat kepada orang-orang yang berbuat ihsan." (QS. Al-A'raf: 56)
- "Bagi orang-orang yang berbuat ihsan ada balasan al-husna dan ziyadah." (QS. Yunus: 26). Berdasarkan riwayat Sahabat Anas, beliau menyebutkan bahwa "al-husna" adalah surga dan "ziyadah" adalah memandang wajah-Nya yang mulia.     Â
Maka balasan bagi orang yang berbuat ihsan bukan hanya cinta Allah, tetapi juga rahmat, surga, dan kenikmatan memandang wajah-Nya yang mulia. Ini menunjukkan bahwa ihsan bukan sekadar akhlak mulia, melainkan maqam spiritual yang mendatangkan kedekatan dengan Allah.
Ihsan Sebagai Maqm Tertinggi dan Sumber Keberkahan Hidup
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!