Mohon tunggu...
Mohammad Topani S
Mohammad Topani S Mohon Tunggu... Penulis - Penulis yang ingin berbagi kebaikan walaupun hanya sedikit.

Pengisi suara (dubber).

Selanjutnya

Tutup

Trip

Taman Anggrek Kersik Luway dan Lamin Kampung Eheng di Kalimantan.

11 Juni 2023   21:01 Diperbarui: 16 Juni 2023   20:13 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lamin adat Dayak Benuaq di Kampung Eheng Kecamatan Barong Tongkok, 1989 (dokpri)

'Tempelaq' wadah tulang-belulang suku Dayak Benuaq, setelah melalui proses adat kematian 'Kwangkay', terletak dibelakang Lamin, 1989 (dokpri)
'Tempelaq' wadah tulang-belulang suku Dayak Benuaq, setelah melalui proses adat kematian 'Kwangkay', terletak dibelakang Lamin, 1989 (dokpri)

Salah satu
Salah satu "lorong" di Taman Anggrek Kersik Luway (Celebes ID)

Ruang memanjang (+-70 m), didalam Lamin, melihat pengrajin anjat, 1989 (dokpri)
Ruang memanjang (+-70 m), didalam Lamin, melihat pengrajin anjat, 1989 (dokpri)

Pengalaman dari perjalanan ke Danau Jempang dan Tanjung Isuy, yang sudah saya lewati, menjadikan saya merasa kecil dan tak berarti apa-apa.

Semakin banyak kita berjalan dimuka bumi, ternyata semakin banyak pula yang belum kita ketahui.


Sebab kebesaran sang Pencipta yang Maha luas itulah, maka banyak rahasia alam yang belum terungkap oleh manusia.
***

Esoknya, dari Muara Muntai Ulu sekitar pukul delapan, kami naik kapal melanjutkan perjalanan menuju Melak.

Melak adalah daerah kecamatan di Kutai Barat, salah satu pintu masuk ke kota Sendawar melalui sungai.

Sore hari itu juga, kapal merapat di Melak.

Setelah menemukan penginapan, agenda pertama mencari keterangan tentang taman anggrek Kersik Luway dan Lamin Eheng di Barong Tongkok.

Karena minim persiapan, dan bepergian hanya berdasarkan keterangan yang "katanya-katanya", tanpa pegangan Travel Guide Book, maka harus kerja keras untuk mencari informasi.

Jadi, yang pertama dihubungi tentu pemilik penginapan. Dia menyarankan, sebaiknya yang di kunjungi lebih dahulu adalah Kersik Luway, karena jarak dari Melak lebih dekat dibanding kampung Eheng.

Saat itu, prasarana jalannya masih melewati jalan setapak, diatas tanah merah, bercampur pasir putih ditengah hutan rimba.

Esok pagi, dengan bekal keterangan yang minim, kami berangkat menuju area taman anggrek Kersik Luway.
Dengan menyewa dua buah kendaraan roda dua, serta pemandu lokal yang merangkap driver.

Petualanganpun dimulai..

Bawaan alat pendukung diperjalanan sangat minimalis, kami hanya membawa air mineral dan kamera pocket Canon Prima, untuk dokumentasi perjalanan.

Laju motor Suzuki A100 yang kami tumpangi maximal hanya dikecepatan 35 km/jam. Karena hanya bisa berjalan diatas jalan setapak yang berliku.

Diperjalanan, saya tidak menemukan satu pun perkampungan, kadang hanya berpapasan dengan penduduk setempat yang membawa sajam terselip dipinggang.

Eeiiit!...tapi nanti dulu, sajam yang dimaksud adalah Mandau, senjata kas suku Dayak, bukan untuk membegal orang yang lewat disitu.

Tapi Mandau tersebut untuk berburu binatang dihutan.

Sebab mereka juga memegang tombak, yang berfungsi (selain menombak) untuk menyumpit, yang jarumnya dipolesi getah racun.

Setelah hampir dua jam, kami sampai diarea taman anggrek Kersik Luway.

Tidak ada keterangan rinci ditempat itu, hanya ada tulisan di papan yang menunjukan nama tempat yang sudah lapuk, letaknya di samping gubug beratap kajang.

Sunyi senyap!

Bersama pemandu lokal, saya berjalan kaki memasuki padang pasir putih, yang ditumbuhi pepohonan sebagai 'inang' dari anggrek tersebut.

Tinggi pohon beragam, ada yang sampai lima meter.

Kami terus berjalan di atas pasir putih, masuk ke area taman yang luasnya membentang sampai ribuan hektar.

Sangat mengagumkan!

Teman saya dari negeri Kanguru mulai melakukan aksinya, jeprat-jepret dengan kamera pocketnya.

Karena selain Tanjung Isuy, tempat inilah yang digadang-gadang olehnya.

Dia memang penasaran dengan Anggrek hitam dan Anggrek Kantong Semar. Tumbuhan endemik yang langka didunia!

Tidak terasa kami masuk makin kedalam, makin terasa sunyi.

Tidak seperti hutan pada umumnya, banyak kicauan burung yang bertengger di dahan-dahan pohon.

Diarea Kersik Luway, satu burung pun tidak ada yang melintas diatas taman anggrek ini!
Entah kenapa?

Saat itu saya belum sempat menanyakan hal ini pada sipemandu.

Kami terus berjalan diantara labirin alam yang terbuka. Lorong-lorong yang terbentuk oleh jejeran pohon dengan untaian anggrek hitam dan anggrek kantong semar, sekilas terlihat sama.

Ya, lorongnya seperti sama, saya sulit membedakan arah mana yang dipilih, jika ingin keluar dari hutan anggrek ini.

Apabila memasuki area ini tanpa pemandu jalan, dipastikan kita hanya berjalan tanpa arah yang jelas, dan ujung-ujungnya pasti kesasar semakin dalam.

Tidak ada menara pengawas, tidak ada rambu penunjuk jalan, apalagi yang namanya GPS.

Saya hanya diam seribu bahasa, mungkin terpengaruh oleh suasana yang hening di tempat itu.

Akhirnya pemandu menjelaskan, bahwa Kersik Luway diambil dari bahasa lokal, artinya hamparan pasir putih yang sunyi..

Dia mengatakan, area ini tempat berkumpulnya roh para leluhur mereka.
Tempat ini memang dikenal sangat angker, tempat yang penuh misteri..

Setelah menghabiskan waktu cukup lama di Kersik Luway, kami melanjutkan perjalanan menuju Eheng.

Eheng adalah sebuah nama kampung di Kecamatan Barong Tongkok.

Ditempat itu ada Lamin rumah adat Dayak Benuaq, yang sehari-hari masih digunakan sebagai tempat tinggal, oleh beberapa kepala keluarga.

Laju motor tidak bisa secepat mengendarai motor diatas aspal, karena kondisi jalan tanah yang kadang menyempit.

Belum lagi ada batang pohon yang menghalangi jalan, beberapa kali kami turun dari motor, untuk mengangkat batang pohon yang membentang ditengah jalan.

Setelah memasuki perkampungan Eheng, suasana jauh berbeda dibanding Kersik Luway. Karena kerap berpapasan dengan masyarkat dijalan perkampungan.

Saya melihat beberapa anak laki-laki umur 12 membawa Mandau dalam kumpangnya (sarung Mandau), yang diikat di pinggang.

Dari kecil mereka sudah belajar dari orang tuanya dan tetua suku, untuk berburu hewan liar dihutan.

Trial and error', mencoba terus, akhirnya si anak nantinya akan menemukan cara berburu yang efektif, karena terbiasa melihat dan mempelajari teknik berburu dari suku mereka.

Mungkin inilah yang disebut kearifan lokal yang sebenarnya, hidup selaras dengan alam. Mengambil sesuatu dengan kadar secukupnya, yang sudah tersedia dialam.

Dari jalan ujung kampung, Lamin Eheng sudah terlihat berdiri megah, karena bangunannya tinggi dan memanjang.
Kami berhenti dibawah pepohonan. Sambil menunggu sipemandu, berbicara dengan orang penghuni Lamin.

Tidak berapa lama, kami diajak naik kerumah adat mereka. Dengan cara meniti tangga, yang dibuat dari satu batang pohon.

Saat itu ada beberapa orang sedang mengerjakan kerajinan 'anjat'. 

Anjat adalah semacam tas berbentuk bundar, dari anyaman rotan, yang sering dipakai untuk membawa buah-buahan, serta hasil hutan lainnya.

Dari keterangan yang saya dapat, bahwa Lamin ini masih digunakan untuk upacara adat, seperti 'Belian', ritual menyembuhkan penyakit, ritual adat kematian 'Kwangkay', atau prosesi pemindahan tulang-belulang dari makam, kedalam rumah.

Sayapun melihat-lihat situasi bagian dalam rumah, tentunya ditemani pemandu. Partisi ruangnya berdinding kulit kayu yang dikeringkan.
Diruang belakang, disitu ada ruang kusus untuk manula yang sedang sakit, sakit digerogoti oleh umur...

Tuan rumah juga mengajak saya melihat 'Tempelaq', wadah tulang-belulang manusia, letaknya agak jauh dibelakang rumah.

Dulu Lamin tersebut masih dihuni sampai 30 KK, sekarang mereka membuat rumah sendiri disekitar kampung Eheng. Sedangkan rumah adat ini dijadikan "Tabon" sebagai rumah inti untuk upacara adat, yang dihuni oleh beberapa KK yang dituakan.

Hari semakin sore, bahkan sebentar lagi Matahari akan tenggelam. Saya harus segera mengakhiri perjalanan ini, dan kembali kepenginapan.

Yang membutuhkan waktu tempuh selama tiga jam.

Dengan perkiraan, kalau tidak ada bocor ban, atau kerusakan mesin motor.

Karena perjalanan pulang masuk pada malam hari, ada rasa gamang dihati.

Bukan takut dengan gangguan jin berikut gerombolan disertai anak cicitnya.

Yang katanya berkeliaran di hutan rimba, atau roh-roh halus yang ada di Kersik Luway.

Tapi saya kawatir dengan serangan Macan dahan dari atas pepohonan, karena hewan ini nokturnal, berkeliaran malam hari.

Belum lagi ular King Cobra sering melintas ditengah jalan, atau gangguan binantang liar lainnya, seperti babi hutan..

Huhh...jalur untuk menuju penginapan, ternyata hanya bisa melewati jalan "utama" tersebut. Jalan setapak diatas tanah merah (lempung) bercampur pasir putih.

Tidak ada pilihan lain!

Ketika saya sedang berpikir keras, untuk keselamatan kami berdua. Tiba-tiba si pemandu menawarkan bermalam di kampung ini saja, alasannya hampir sama, dengan apa yang saya pikirkan. Yaitu, banyaknya gangguan kalau melintas malam hari.

Bahkan dia menawarkan, bermalam disalah satu tempat yang privasi, berikut dengan "selimut" untuk menahan dinginnya malam, kilahnya.

Saya tidak tahu apa yang dimaksud selimut, dari perkataan si pemandu.

Apakah maksudnya untuk memancing gairah malam, karena memang waktu itu, saya sering minum sari pati Pasak Bumi untuk preventif dari gigitan nyamuk malaria dan untuk..

Kalau itu yang ditawarkan, saya pasti menolaknya!

Maka, saat itu saya lebih memilih untuk pulang kepenginapan di Melak, walau dengan segala resiko menghadang di perjalanan.

Karena hangatnya selimut dari negeri Kanguru, sudah terbayang bersama mimpi terbang dengan burung Enggang..

Penulis, Mohammad Topani S

(Baca bagian pertama: Danau Jempang dan Tanjung Isuy Tempat Eksotis yang Tersembunyi di Kalimantan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun