Mohon tunggu...
Mohammad ridwan
Mohammad ridwan Mohon Tunggu... Buruh - Buruh

Happiness only real when shared

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jiwa-jiwa yang Disandera Kota

20 Oktober 2022   21:39 Diperbarui: 21 Oktober 2022   00:59 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Aku panik dan bingung, kemana mereka pergi?, Jika mereka berlari atau berjalan kaki harusnya aku masih bisa mengejarnya, namun sama sekali tak ada wujud mereka di pandanganku.
Apakah mereka diculik dengan mobil?,  Atau dengan kendaraan lainnya?, Apakah mereka akan dijual?, Pikiranku benar kacau saat itu. Aku pun terus mondar mandir selama 1 jam di sekitar halte ,namun mereka sama sekali tak terlihat lagi.


Aku pun memutuskan untuk pulang dan beristirahat dengan menaiki bus selanjutnya, aku berharap mereka akan datang ke kantorku dan mencariku.
Lampu-lampu jalanan mengiringiku dalam perjalanan pulang didalam bus. Pikiranku terus memutar kembali bayang-bayang Anis dan Andi, dari mulai senyum, tawa hingga tangis mereka.
 

Setelah seminggu berlalu aku terus bekerja dan berharap agar mereka datang menemuiku di kantor, setiap  jam istirahat dan pulang kerja aku terus bertanya kepada security di kantorku apakah ada dua anak kecil yang datang mencariku. Namun kata Pak Salman (security kantorku) sama sekali tidak ada dua anak kecil yang mencariku.


"Sebenarnya kedua anak kecil itu siapa to Mas Danang?" Tanya pak Salman penasaran, karena selama seminggu ini aku selalu bertanya perihal anak kecil kepadanya.
Kemudian aku pun bercerita semua tentang anis dan Andi kepada pak Salman.


" Begini Mas Danang, di kota besar seperti ini banyak hal yang dilakukan manusia agar mendapatkan uang, termasuk memperkerjakan anak kecil untuk mengamen dan mengemis, biasanya mereka diantar menggunakan mobil pagi hari dan dijemput sore hari" Ujar Pak Salman.


"Bukanya mereka bisa kabur ketika dilepas di jalanan seperti ini pak?" Tanyaku kembali


" Mereka tidak punya kesempatan untuk itu mas  Danang,  biasanya ada yang ditahan sebagai jaminan mereka, seperti anggota keluarga yang lain atau barang berharga mereka, atau bisa juga orang tua mereka memiliki hutang kepada preman-preman itu, karena tidak sanggup membayarnya kebanyakan dari mereka akan kabur, sehingga  anak- anak itu disuruh mengamen dan mengemis untuk membayar hutang orang tuanya oleh preman-preman itu" jelas Pak Salman .


Mendengar jawaban Pak Salman aku pun kembali teringat ucapan Anis yang meminta tolong kepadaku, apakah ini yang dimaksud kata "tolong" itu?


"Sudahlah Mas Danang, tak usah terlalu difikirkan, ada ratusan bahkan ribuan yang anak yang bernasib seperti itu, jika kita hanya tergerak karena iba, berilah mereka uang secukupnya, dan jangan sekali-kali ikut campur urusan mereka, karena itu bukan wewenang Mas Danang, jika terlalu ikut campur itu akan membahayakan Mas Danang juga, ya sudah mas danang sekarang fokus bekerja aja, nanti jika suatu saat kedua anak itu datang kesini pasti akan saya kabari Mas Danang" ucap Pak Salman memecah lamunanku.


Aku pun bingung karena sudah tidak ada lagi yang bisa kulakukan, sambil memandang langit aku berharap kuat dalam hatiku, semoga Anis dan Andi tidak apa-apa, karena aku sangat yakin bahwa mereka akan tumbuh sebagai manusia yang kuat ketika besar nanti, mengingat cobaan mereka begitu berat sejak kecil.


Teruslah hidup, dan lewati semua takdir bengis ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun