Mohon tunggu...
Mohammad Sofyan
Mohammad Sofyan Mohon Tunggu... Programer Penelitian Sosial Ekonomi

Belajar menuliskan suatu fenomena untuk membiasakan diri berfikir kritis yang dituangkan dalam sebuah Karya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perguruan Tinggi: Antara Harapan dan Kenyataan

7 Agustus 2025   22:40 Diperbarui: 7 Agustus 2025   22:38 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perguruan tinggi idealnya menjadi tempat lahirnya insan-insan cendekia yang tidak hanya unggul dalam aspek teoritis, tetapi juga memiliki kesiapan menghadapi dunia kerja dan dunia bisnis yang semakin kompleks. Harapan masyarakat terhadap lulusan perguruan tinggi pun terus meningkat, terutama di tengah perubahan global yang cepat dan dinamis. Namun, kenyataannya, tidak semua perguruan tinggi mampu menjawab tantangan ini dengan baik.

Mimpi Ideal Pendidikan Tinggi

Secara filosofis, pendidikan tinggi tidak hanya bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga mencetak lulusan yang mampu menjadi agen perubahan dalam berbagai sektor kehidupan. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang menekankan bahwa pendidikan tinggi bertujuan untuk mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berilmu, dan berkompeten di bidangnya.

Banyak perguruan tinggi pun berupaya merespons tantangan ini dengan menyusun kurikulum berbasis kompetensi (KBK), serta menambahkan materi soft skill seperti kepemimpinan, komunikasi, dan kewirausahaan. Bahkan program Merdeka Belajar–Kampus Merdeka (MBKM) yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) adalah langkah konkret untuk mendorong mahasiswa belajar di luar program studi dan berinteraksi langsung dengan dunia industri dan masyarakat.

Kesenjangan antara Teori dan Praktik

Meskipun berbagai inisiatif telah dilakukan, kenyataan di lapangan menunjukkan masih adanya kesenjangan antara dunia pendidikan tinggi dengan kebutuhan nyata di dunia kerja maupun dunia usaha. Banyak lulusan yang hanya kuat dalam aspek teoretis, namun lemah dalam keterampilan praktis. Sebuah laporan dari World Bank (2020) mencatat bahwa lebih dari 50% pengusaha di Indonesia merasa kesulitan menemukan tenaga kerja terampil meskipun banyak sarjana yang menganggur.

Kondisi ini menunjukkan bahwa masih banyak perguruan tinggi yang belum berhasil mengintegrasikan pembelajaran teoritis dengan pengalaman praktis. Mata kuliah yang diajarkan masih terlalu fokus pada pemahaman konsep, tanpa pelatihan yang memadai dalam aplikasi nyata. Bahkan dalam beberapa kasus, kurikulum yang digunakan belum diperbarui sesuai perkembangan industri saat ini, sehingga lulusan tidak memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan pasar.

Perlunya Transformasi Pendidikan Tinggi

Untuk menjembatani kesenjangan ini, dibutuhkan transformasi menyeluruh dalam sistem pendidikan tinggi. Pertama, perguruan tinggi perlu memperkuat kerja sama dengan industri, tidak hanya dalam bentuk magang, tetapi juga dalam penyusunan kurikulum dan proyek-proyek berbasis kebutuhan dunia usaha.

Kedua, dosen perlu diberikan pelatihan dan insentif untuk mengembangkan metode pengajaran berbasis pengalaman (experiential learning), seperti project-based learning, problem-based learning, dan studi kasus nyata. Ketiga, perlunya sistem evaluasi kinerja lulusan yang tidak hanya berdasarkan IPK, tetapi juga keterampilan kerja, kreativitas, dan kemampuan kolaborasi.

Peran Mahasiswa dan Masyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun