Mohon tunggu...
M Zein Rahmatullah
M Zein Rahmatullah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di Kompas Group

Kadang menulis, kadang jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengarungi Geopolitik: Indonesia di Persimpangan Laut China Selatan

17 Maret 2024   00:41 Diperbarui: 17 Maret 2024   01:34 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan pulau Itu Aba dari udara, pada 2016 yang terletakdi rangkaian kepulauan Spratly, Laut China Selatan yang menjadi sengketa. (© Johnson Lai/

Peran Kekuatan Eksternal Dalam Konflik Laut China Selatan

Kekuatan eksternal, terutama Amerika Serikat dan Tiongkok, memainkan peran signifikan dalam dinamika konflik ini.Amerika Serikat telah menunjukkan kepentingan dalam menjaga kebebasan navigasi dan penerbangan di kawasan ini, serta mempertahankan perdamaian dan stabilitas regional. AS juga memiliki perjanjian pertahanan dengan beberapa negara di kawasan, termasuk Filipina, yang dapat menariknya lebih dalam ke dalam konflik jika terjadi eskalasi.

Tiongkok, di sisi lain, telah mengambil langkah-langkah agresif dengan mengklaim hampir seluruh LCS melalui "Nine-Dash Line" dan memperkuat klaimnya dengan membangun pulau buatan dan instalasi militer. Klaim ini sering kali menimbulkan ketegangan regional yang berkelanjutan.

Kehadiran kekuatan eksternal di LCS memiliki dampak langsung terhadap keamanan dan kedaulatan Indonesia. Indonesia, meskipun bukan claimant state dalam sengketa LCS, tetap terpengaruh karena kedekatannya dengan wilayah yang disengketakan dan potensi sumber daya alamnya. Peningkatan aktivitas militer dan keamanan di LCS dapat mempengaruhi stabilitas regional dan mengancam jalur perdagangan maritim yang vital bagi ekonomi Indonesia. 

Indonesia telah mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga kedaulatan wilayahnya, termasuk peningkatan patroli laut dan kerja sama dengan negara-negara ASEAN lainnya. Namun, ketegangan yang terus meningkat dapat menimbulkan perlombaan persenjataan dan meningkatkan risiko konflik militer yang mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara. 

Strategi Diplomasi Indonesia di Laut China Selatan

Indonesia telah mengambil pendekatan yang cermat dalam menangani konflik di LCS (LCS), dengan mengutamakan diplomasi yang aktif dan konstruktif. Strategi diplomasi Indonesia mencakup beberapa langkah utama:

1. Diplomasi Multilateral dan Bilateral: Indonesia menerapkan pendekatan diplomasi multilateral dan bilateral yang aktif, mempromosikan dialog dan kerjasama antara negara-negara ASEAN untuk mencapai konsensus dan menyelesaikan sengketa secara damai. 

2. Defense Diplomacy: Strategi ini mengintegrasikan prinsip-prinsip pertahanan dan diplomasi, melibatkan kerja sama dalam bidang pertahanan, dan membangun hubungan yang kuat dengan negara-negara tetangga. 

3. Penguatan Kapasitas Pertahanan dan Keamanan: Indonesia meningkatkan kehadiran kapal perang di wilayah strategis seperti Pulau Natuna untuk menjaga stabilitas daerah tersebut. 

4. Penegakan Hukum Internasional: Indonesia menegaskan komitmennya pada hukum internasional, termasuk Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982, untuk mempertahankan hak berdaulatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun