Mohon tunggu...
Muhammed Gazi
Muhammed Gazi Mohon Tunggu... Jurnalis - Manusia Biasa

Diciptakan dengan kebaikan dan kembali dengan kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Erdogan, Sisi Lain "Singa" Eropa

14 Juli 2020   12:47 Diperbarui: 27 Agustus 2020   11:10 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai seorang presiden Republik Turki Recep Tayip Erdogan santer terdengar di berbagai media. Dari pencapaiannya membawa kegemilangan Republik Turki saat menjabat perdana menteri dan presiden hingga keberaniannya di kancah politik internasional. 

Visi yang dimilikinya membuatnya dipandang sebagai salah satu sosok yang paling berpengaruh di dunia islam pada abad 21 dan mendapatkan julukan "Singa Eropa." Bagaimana sebenarnya sosok pemimpin bervisi kuat ini dan sejauh apa perjalanan karirnya dari dulu hingga sekarang ? Mari kita Ulik.                                   

Masa Kecil

Lahir di distrik Beyoglu yang terletak di kota metropolitan Istanbul, Turki pada tanggal 26 Februari 1954. Terlahir dengan nama asli Recep Tayip. 

Orangtuanya menamakannya Recep karena dirinya yang lahir bertepatan dengan bulan Rajab. Dan dulu ada seorang imam besar bernama Tayip sehingga dinamakanlah pula ia dengan nama tersebut yang artinya adalah kebaikan. 

Erdogan adalah nama keluarganya yang berasal dari ayahnya Kapten Ahmet Erdogan, Perwira Angkatan laut Turki yang bertugas menjaga garis pantai laut Hitam. 

Sebenarnya keluarga ayahnya berasal dari Georgia dan keluarga ibunya berasal dari Kurdistan, tetapi karena dulu Georgia dan Kurdistan adalah satu negara (Turki Utsmani) maka ia tetap menyandang status sebagai warganegara Turki.                                 

Masa kecilnya dihabiskan di Rize bersama 4 saudaranya yang lain. Sebuah kota di pinggir pantai Laut Hitam. Ia lahir dalam keadaan keluarga yang sulit sehingga memaksanya mencari uang sejak kecil dengan berjualan makanan kecil. Kemudian uang hasil penjualan tersebut ia kumpulkan untuk membeli beberapa buku. Ia memang dikenal sebagai seorang yang kutu buku. 

Pendidikan dasarnya dimulai di kota Istanbul dengan pendidikan formal. Ia mulai menerima pendidikan agama secara intensif di Istanbul Imam Hatip Lisesi (sekolah menengah atas) yang bertetangga dengan International Fatih Sultan Mehmet Imam Hatip Lisesi yang kini menjadi patokan atas seluruh sekolah Imam Hatip di Turki dan beberapa tempat di dunia.                 

Selama masa pendidikannya di sekolah menengah atas iapun menekuni hobinya sebagai pesepakbola pada klub Camialtispor. Sambil bekerja sampingan di perusahaan transportasi Istanbul (ETT) sebagai karyawan kecil. Kemudian ia melanjutkan pendidikan sarjana di Universitas Marmara fakultas ilmu ekonomi dan bisnis sambil melanjutkan hobinya bermain bola di klub semi amatir bernama Erokspor yang dimiliki oleh Distrik Beyoglu.

Karir Politik

Karir politiknya dimulai pada tahun 1975 dimana ia terpilih sebagai ketua bagian pemuda Partai Keselamatan Bangsa (MSP) cabang kota Istanbul. 

Setelah kudeta tahun 1980 beberapa partai dilarang dan termasuk salah satunya (MSP). Karena itu Erdogan mengikuti jejak gurunya Prof. 

Necmettin Erbakan yang membentuk partai baru yaitu Refah Partisi (Partai Kesejahteraan). Pada tahun 1982 ia terpilih sebagai ketua Partai Kesejahteraan cabang distrik Beyoglu dan dalam kurun waktu 3 tahun ia langsung naik daun menjabat sebagai ketua Partai Kesejahteraan Kota Istanbul. 

Perjalanan karirnya tak selalu mulus, ia pernah mengikuti pemilihan walikota untuk distrik Beyoglu namun gagal, demikian pula dengan pemilihan wakil rakyat untuk Provinsi Siirt dan Istanbul di periode berikutnya. Hingga akhirnya pada percobaan yang ketiga ia berhasil menjadi wakil rakyat dari Provinsi Istanbul. 

Dikarenakan suara Partai Kesejahteraan yang melambung tinggi melebihi 10 % di tahun 1991. Pada 1994 Partai Kesejahteraan menjadi partai terbesar di Turki pada pemilu lokal yang membuatnya terpilih sebagai Walikota Metropolitan Istanbul Raya.           

Karena prestasinya selama menjabat walikota, ia berhasil mengambil citra masyarakat. Ditambah lagi dengan beberapa kontroversinya yang membuat rakyat penasaran dengan sosoknya. 

Hal ini dibuktikan dengan beberapa puisinya yang dinilai terlalu mencolok terhadap islam dan keberaniannya menyampaikan langsung di tengah masyarakat, membuatnya dikenai hukuman penjara selama beberapa bulan. Dikarenakan negara menganggap dirinya telah melanggar ideologi sekuler yang telah dianut Turki selama beberapa dekade.                                         

Pada tahun 1997 terjadi kembali kudeta yang membuat lengser perdana menteri Turki saat itu Necmettin Erbakan dan pelarangan Partai Kesejahteraan dalam kancah politik. Kemudian Erdogan pun berinisiatif untuk mengambil tindakan cepat dengan membentuk partai baru yaitu AKP (Partai Keadilan dan Pembangunan) atas seizin gurunya Erbakan Hoca. Hingga akhirnya dengan partai tersebut ia terpilih sebagai Perdana menteri Republik Turki pada tahun 2004 yang menjabat selama dua periode. 

Suatu hasil yang mengejutkan mengingat  partai yang usianya belum lebih dari 5 tahun telah berhasil menguasai lebih dari setengah parlemen yang membuatnya terpilih sebagai perdana menteri. Tak sampai disitu, rakyat Turki pun masih memberikan kepercayaannya untuk memegang amanah sebagai Presiden Republik Turki sejak tahun 2014.                                                   

Di usia jabatannya hampir menginjak 6 tahun. Terlepas dari siapa yang akan menggantikannya, banyak sekali kontroversi dan lika-liku yang terjadi sepanjang masa jabatannya. Satu hal mungkin yang membuat kita bingung. Mengapa kekuatan militansi pendukung Erdogan sangat besar dibanding kita yang di Indonesia. Ternyata rahasianya ada pada Erdogan yang bersosialisasi pada masyarakat secara luas tanpa membedakan siapapun itu. 

Baginya di kehidupan tak ada musuh yang abadi sehingga ia dapat merangkul semua kepercaaan masyarakat. Walau yang kita tahu, pribadi Erdogan adalah pribadi yang islamis. Perlu diketahui, ideologi sekulerisme telah berhasil merubah 70-75% rakyat Turki yang sebelumnya berideologi islami dibawah naungan Turki Utsmani. 

Jadi merupakan suatu tantangan yang sulit bagi Erdogan jika ia hanya mengambil kepercayaan dari kalangan islami. Maka ia menggunakan strategi dakwah secara perlahan dimana ia tak menyebarkan kebencian dan pelarangan pada orang yang tak melaksanakan syariat islam. 

Iapun merubah secara perlahan undang-undang kepada sesuatu yang lebih islami. Sehingga saat ini dikenal ideologi Erdoganisme yang ingin menggantikan Kemalisme yang dianut sekarang dan mengubah kembali Turki seperti masa kejayaannya pada zaman Kesultanan Utsmani.  

Sepanjang masa jabatannya ia berhasil membawa Turki kepada sesuatu yang lebih moderen dan dipandang dunia. Kini Turki telah menjadi salah satu negara pilihan yang menjadi peradaban dunia dari bidang ekonomi, sosial, dan yang terbesar adalah pendidikan. Walaupun ditengah kepemimpinannya banyak dilontarkan kebencian dari luar dan dalam. Mulai dari krisis ekonomi yang dialami Turki pada 2017 sampai konfrontasinya terhadap PKK dan konflik Suriah. Hingga pada puncaknya terjadi kudeta yang ingin menjatuhkan dirinya pada tanggal 15 Juli 2016.                                       

Erdogan dan Insiden Kudeta

Ada yang unik dari kudeta kali ini. Sepanjang sejarah perpolitikan Turki yang terkategori cukup panas, dimana telah terjadi 4 kali kudeta dan hanya kali ini yang gagal. Walaupun sebenarnya banyak pula menelan korban dari kalangan sipil dan militer. Dikarenakan kharisma Erdogan dihadapan rakyatnya membuat sebagian besar mencintainya bahkan rela mati demi mempertahankan dirinya di puncak hierarki kepemimpinan Republik Turki. Kembali lagi karena Erdogan yang berhasil mengambil hati rakyatnya secara damai. 

Berbeda dengan kudeta Presiden Mursi pada 2013 dimana ia berhasil dilengserkan dan dipenjara karena kesalahannya dalam mengubah Mesir. Keadaan Mesir pada saat itu sama dengan Turki yang berbau sekuler. Namun secara tiba-tiba Mursi langsung mengubah segala sesuatu harus berdasarkan syariat sehingga ia kehilangan sebagian besar kepercayaan rakyatnya yang justru akan membantunya ketika kudeta dilancarkan.

Tak semua suka Erdogan        

Meski pencapaiannya luar biasa, tak sedikit pula orang yang membenci sosoknya. Banyak yang memberikan tuduhan kalau Erdogan hanya ingin mengambil suara umat muslim dunia untuk kepentingan promosi dirinya. Kudeta di tahun 2016 disangka-sangka hanya skenarionya untuk mengambil hati rakyat Turki. Sosok Erdogan yang akhir-akhir ini terlalu 'merangkul' sehingga ia seakan tunduk terhadap negara adidaya seperti Amerika dan Rusia. Ia telah kehilangan pamornya yang dikenal pemberani dan tak tunduk pada siapapun di masa awal jabatannya. 

Penguasaan bahasa asinya pun yang terlihat kurang karena ia senantiasa menggunakan bahasa turki pada setiap pertemuan internasional. Kembali lagi dengan niatnya yang ingin memperkenalkan bahasa turki pada dunia. Kebiasaannya yang glamour membuat sebagian rakyat berkomentar bahwa masih ada rakyat miskin yang membutuhkan uang tersebut daripada untuk gaya hidup dirinya.                                                                                                                               

Intinya semua tergantung dari mana prespektif kita memandang. Tak lepas pula masing-masing orang punya rahasia dan niatan tersendiri dalam melakukan suatu hal. Berdasarkan fakta, masih lebih banyak orang yang menyukainya dibanding orang yang membencinya. Erdogan, Sang Singa Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun