Sahur merupakan salah satu sunah dalam ibadah puasa. Sahur sangat dianjurkan mengingat puasa merupakan ibadah yang cukup berat. Hal ini karena keterbatasan tubuh kita untuk tidak mendapatkan asupan makanan selama kurang lebih 12 jam, khususnya di wilayah Indonesia. Maka makan sahur diharapkan dapat menjadi sumber energi yang cukup saat menahan lapar dan dahaga.
Untuk mendapatkan manfaat terbaik bagi kesehatan dan ibadah, sahur sangat dianjurkan di akhir malam atau menjelang subuh. Bisa diduga alasannya yaitu untuk memperpendek jeda tubuh tidak mendapatkan makanan. Karena berbuka puasa juga disarankan agar disegerakan dan tidak ditunda dengan aktivitas lain.
Sahur menjadi ritual yang lumayan berat dan menantang. Rasa kantuk yang menyerang dan tidak selera makan di pagi buta menjadi tantangan besar makan sahur.
Saat masih kanak-kanak, saya selalu dirundung rasa malas ketika dibangunkan untuk makan sahur. Kadang-kadang sekeluarga bangun makan sahur ketika tinggal beberapa menit lagi waktu subuh. Bayangkan makan sahur dalam waktu yang kepepet. Makan tergesa-gesa. Dikunyah beberapa kali lalu ditelan.
Agar tidak terlambat makan sahur, salah satu tradisi Ramadhan di Indonesia adalah membangunkan warga untuk makan sahur. Biasanya aksi semacam ini dilakukan anak-anak muda. Indonesia dengan kekayaan budaya memberikan warna yang unik di setiap daerah dalam menjalani ibadah puasa Ramadhan.
Dilansir dari laman Kementrian Agama RI, hampir setiap daerah memiliki tradisi membangunkan sahur. Di Lampung ada aksi klote'an atau sejumlah sebutan lainnya. Dalam tradisi masyarakat Gorontalo dikenal ada koko'o dan, di Morowali Sulawesi Tengah ada denga-dengo.
Masih dari sumber yang sama, di DKI Jakarta ada ngarak beduk, sebuah kebiasaan menabuh bebunyian saat sahur. Di wilayah Pantura Jawa, umumnya di Cirebon dan sekitarnya, dikenal tradisi obrok-burok, atau ada pula sebutan dekdukan di Semarang dan seputar Jawa Tengah. Juga, banyak lagi sebutan-sebutan unik di sejumlah daerah lainnya.
Tiap malam saat Ramadhan masjid di seberang jalan kampung saya hampir tidak pernah sepi. Anak-anak remaja tidak pulang usai tarawih. Mereka tadarrus sampai pukul 12 malam. Selebihnya remaja laki-laki begadang sambil perang game melalui gawai masing-masing sampai dini hari. Merekalah yang membangunkan warga sahur.
Mulai sekitar pukul tiga pagi mereka sudah menghidupkan pengeras suara dan membangunkan warga untuk bersiap-siap makan sahur. Anak-anak itu juag pulang ke rumah masing-masing untuk makan sahur. Dan jangan harap mereka kembali ke masjid untuk shalat subuh. Mungkin saja mereka tidur dan melewatkan sahurnya.
Dan sore ini saya tersenyum lihat sebuah video pendek yang diunggah sebuah akun facebook yang biasa melaporkan peristiwa-peristiwa aktual dan menarik di daerah sekitar.