Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka, Opini, dan Pilihan Implementasi

29 Agustus 2023   01:10 Diperbarui: 29 Agustus 2023   01:22 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kurikulum Merdeka (sumber: Wikipedia)

Melalui laman Liputan6, Taqdiraa, seorang guru Bahasa Indonesia, menuliskan bahwa kurikulum merdeka tidak saja sebagai wujud kemerdekaan belajar, tetapi juga kemerdekaan dalam berbudaya. 

Melalui kurikulum merdeka, siswa sangat diharapkan memiliki keleluasaan dan kemerdekaan untuk mengenal nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang diintegrasikan melalui proses pembelajaran dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Tidak hanya guru, sejumlah pihak memberikan perhatian kepada penerapan kurikulum merdeka. Ramadhan, Peneliti Arus Survei Indonesia dan CEO Indonesia Millennial Progressif Forum, memberikan respon yang positif karena kurikulum merdeka dipandang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan yang diminatinya. (Sumber Media Indonesia)

Pada saat yang sama, Ramadhan juga menyimpan kekhawatiran karena adanya kesan ganti menteri ganti kurikulum. Dia berharap suksesi politik tahun 2024 nanti tidak membuat adanya perubahan kebijakan kurikulum.

Selalu ada analisis yang melahirkan persepsi atas kelebihan dan kelemahan setiap perubahan. Hal ini juga terjadi pada kurikulum merdeka. Tidak semua pihak memandang positif kehadiran kurikulum merdeka secara keseluruhan. 

Irwan P. Ratu Bangsawan, misalnya, melalui Harian Banyuasin, tidak saja melihat dari sisi keunggulan kurikulum merdeka, tetapi juga kelemahan. Salah satu kekhawatirannya adalah akan memicu kecenderungan siswa hanya mengenal kearifan lokal semata dan mengabaikan keragaman budaya nasional. 

Anggapan di atas bisa saja muncul karena pemahaman yang kurang utuh tentang kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka bukanlah semata-mata berorientasi kepada lingkungan terdekat saja, seperti, lingkungan alam, sosial, dan budaya lokal. Penggunaan lingkungan lokal hanya berperan sebagai acuan awal untuk memahami sebuah konsep atau ilmu pengetahuan tertentu. 

Artinya, prinsip pembelajaran dalam kurikulum merdeka bersifat kontekstual, dimulai dari hal-hal faktual dan konkret. Ini menjadi ciri pembelajaran kontekstual. Pembelajaran dilakukan berdasarkan hal-hal yang menjadi bagian dari pengalaman sehari-hari dalam interaksi peserta didik dengan lingkungan terdekatnya.

Sebagai ilustrasi, ketika peserta didik yang tinggal di daerah pegunungan mempelajari tentang konsep makhluk hidup guru, tidak mungkin akan menggunakan tumbuhan mangrove yang tumbuh di pesisir pantai sebagai sumber pembelajaran. Anak-anak pantai pun demikian, ketika belajar tentang hewan, tentu mereka menjadikan binatang laut sebagai sumber belajarnya. Inilah gambaran pola pembelajaran yang mendasari Kurikulum Merdeka, sebagaimana prinsip pembelajaran paling mendasar.

Pilihan Implementasi Kurikulum Merdeka

Penerapan kurikulum merdeka dilakukan dengan pendekatan bertahap dan berdasarkan kesiapan satuan pendidikan. Kesiapan paling penting dalam implementasi kurikulum merdeka adalah kesiapan sumber daya yang ada, terutama kesiapan pendidik dan tenaga kependidikan dalam penerapannya. Di luar program sekolah penggerak, satuan pendidikan diberikan kesempatan menerapkan kurikulum merdeka sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. 

Kurikulum merdeka sebagai sebuah perubahan membutuhkan proses dan waktu untuk diimplementasikan secara optimal. Tidak saja dalam implementasi, tetapi pada tahap tataran teori masih memerlukan upaya penyebaran pemahaman yang lebih serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun