Dalam dunia ekonomi, terdapat berbagai kebijakan yang digunakan untuk mempengaruhi perekonomian suatu negara. Dua di antaranya yang sering terdengar adalah intensif dan stimulus ekonomi. Meskipun keduanya bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, kedua istilah ini memiliki perbedaan mendasar dalam hal penerapan dan tujuan.
Apa Itu Intensif Ekonomi?
Intensif ekonomi merujuk pada berbagai kebijakan atau insentif yang diberikan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas ekonomi di sektor-sektor tertentu. Biasanya, kebijakan intensif ini berupa pengurangan pajak, pemberian subsidi, atau insentif khusus kepada pelaku usaha. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas atau mendorong perkembangan sektor-sektor tertentu seperti industri, pertanian, atau teknologi.
Contoh dari kebijakan intensif adalah pengurangan pajak bagi perusahaan yang berinvestasi dalam riset dan pengembangan (R&D), atau subsidi bagi petani untuk membeli alat pertanian. Dengan adanya intensif ini, diharapkan pelaku ekonomi dapat berkembang dan lebih kompetitif.
Apa Itu Stimulus Ekonomi?
Sementara itu, stimulus ekonomi adalah kebijakan yang digunakan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah ekonomi yang lebih luas, seperti resesi atau krisis ekonomi. Stimulus ini biasanya berupa pengeluaran pemerintah yang besar, seperti peningkatan belanja publik, pemberian bantuan langsung kepada masyarakat, atau program pengangguran.
Stimulus ekonomi bertujuan untuk meningkatkan permintaan agregat dalam perekonomian dengan cara mendorong konsumsi dan investasi. Ketika sektor-sektor ekonomi tertekan, stimulus membantu untuk mendorong kegiatan ekonomi kembali bergerak, mengurangi pengangguran, dan memacu pertumbuhan ekonomi.
Contoh stimulus ekonomi adalah paket bantuan langsung tunai kepada masyarakat selama krisis ekonomi atau pandemi. Dengan pemberian dana ini, diharapkan daya beli masyarakat kembali meningkat dan kegiatan ekonomi bisa pulih.
Perbedaan Utama Intensif dan Stimulus Ekonomi