3. Pengurangan Penggunaan Kemasan Plastik
Penggunaan kemasan plastik sekali pakai adalah salah satu tantangan terbesar dalam logistik yang berdampak buruk pada lingkungan. Untuk mengatasi hal ini, banyak perusahaan logistik beralih ke bahan kemasan yang lebih ramah lingkungan, seperti kemasan yang dapat didaur ulang, mudah terurai (biodegradable), atau berbahan dasar alami.
Contoh Penerapan:
- Penggunaan Kemasan Daur Ulang: Raksasa e-commerce seperti Amazon dan IKEA telah mulai mengurangi penggunaan plastik dalam pengemasan produk mereka, beralih ke bahan daur ulang.
- Kemasan Ramah Lingkungan: Beberapa perusahaan logistik juga menggunakan bahan kemasan yang dapat terurai secara alami atau yang dapat digunakan kembali, berkontribusi pada pengurangan limbah dan mendukung keberlanjutan.
4. Peningkatan Efisiensi Energi Gudang Melalui Teknologi
Logistik hijau juga mencakup penerapan teknologi untuk mengelola energi secara lebih efisien di fasilitas gudang. Perusahaan logistik menggunakan teknologi untuk mengurangi konsumsi energi, seperti sistem pencahayaan LED, kontrol suhu otomatis, dan pemanfaatan energi terbarukan (misalnya, panel surya).
Contoh Penerapan:
- Gudang Pintar: Beberapa perusahaan logistik memanfaatkan sistem otomatisasi dan robotik untuk memindahkan barang dalam gudang secara efisien. Ini mengurangi kebutuhan akan pencahayaan tambahan atau pemanasan berlebihan, sehingga menghemat energi secara signifikan.
- Penggunaan Energi Terbarukan: Perusahaan besar seperti Walmart dan Amazon telah mengintegrasikan penggunaan energi terbarukan di fasilitas mereka, contohnya pemasangan panel surya untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
5. Pengelolaan Limbah dan Daur Ulang
Pengelolaan limbah adalah aspek krusial dalam logistik hijau. Banyak perusahaan logistik kini berfokus pada pengurangan limbah dan daur ulang bahan-bahan yang digunakan dalam proses logistik, termasuk bahan kemasan dan barang-barang yang rusak.
Contoh Penerapan:
- Pengelolaan Limbah yang Efisien: Perusahaan logistik mulai mengimplementasikan kebijakan untuk mengurangi limbah, seperti mendaur ulang kemasan dan barang rusak, serta menggunakan kembali bahan yang masih bisa dimanfaatkan.
- Inisiatif Tanpa Limbah (Zero-Waste Initiatives): Beberapa perusahaan logistik memiliki inisiatif untuk mencapai "zero-waste," yaitu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dengan cara mendaur ulang atau mengomposkan limbah yang ada.
Aturan dan Kebijakan Terkait Logistik Hijau
Seiring meningkatnya perhatian terhadap masalah perubahan iklim, banyak negara dan organisasi internasional memberlakukan kebijakan yang mendorong praktik logistik hijau. Di Uni Eropa, misalnya, ada regulasi yang mengharuskan perusahaan untuk mengurangi emisi karbon dan menggunakan kendaraan yang lebih ramah lingkungan dalam transportasi barang. Di Indonesia, meskipun regulasi tentang logistik hijau belum seketat di beberapa negara maju, perusahaan logistik mulai didorong untuk mengikuti jejak ini melalui insentif pemerintah dan kebijakan yang berpihak pada lingkungan.