Mohon tunggu...
Mochammad Mukti Ali
Mochammad Mukti Ali Mohon Tunggu... CEO Global Teknik Engineering dan Rektor Universitas INABA

Guru Besar di Global Academy of Financial and Management (GAFM) pada bidang Strategi Manajemen Bisnis dan Manajemen Pemasaran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Good To Great: Menjadi POLRI yang "PRESISI" dan "AKURAT"

27 September 2025   06:21 Diperbarui: 27 September 2025   06:21 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar POLRI Hebat (Mukti.Dok.)

Transformasi POLRI melalui visi "PRESISI" (Prediktif, Responsibilitas, Transparansi, Berkeadilan) telah menjadi tonggak penting dalam memperkuat profesionalisme kepolisian dan membangun kembali kepercayaan publik. Namun, dalam era yang penuh tantangan dan kompleksitas, hanya "PRESISI" tidaklah cukup. Institusi sebesar POLRI membutuhkan akurasi dalam setiap aspek: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Karena itu, perlu dilakukan penguatan dari POLRI "PRESISI" menjadi POLRI "PRESISI" dan "AKURAT".

Transformasi institusi POLRI dari POLRI "PRESISI" menuju POLRI "PRESISI" dan "AKURAT" merupakan sebuah langkah strategis yang menegaskan komitmen terhadap perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) dalam pelayanan, penegakan hukum, dan pengabdian kepada masyarakat.

Dalam literatur manajemen perubahan, perjalanan ini dapat dipahami sebagai bagian dari continuous improvement atau perbaikan berkelanjutan. Buku "Good to Great" karya Jim Collins menekankan bahwa organisasi besar hanya bisa melompat dari "baik" menjadi "hebat" ketika memiliki disiplin pemimpin, disiplin pemikiran, dan disiplin tindakan, konsistensi visi, dan budaya organisasi yang kuat. Jim Collins dalam buku "Good to Great" menegaskan bahwa, "Good is the enemy of great. And that is one of the key reasons why we have so little that becomes great" (Collins, 2001, p. 1). Maknanya, organisasi tidak boleh puas dengan capaian yang hanya "baik," melainkan harus berkomitmen menuju kehebatan melalui disiplin kepemimpinan, strategi, dan budaya.

Sementara itu, konsep Kaizen, Lean Thinking, dan Total Quality Management (TQM) mengajarkan pentingnya pembenahan terus-menerus untuk mencapai kesempurnaan operasional. Prinsip continuous improvement dari literatur Kaizen (Imai, 1986), Lean Thinking (Womack & Jones, 1996), dan Total Quality Management (Deming, 1986) menekankan perbaikan berkelanjutan yang melibatkan semua anggota organisasi. Hal ini relevan bagi POLRI yang perlu menjaga konsistensi visi dan misi, memastikan bahwa setiap program reformasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi diinternalisasikan menjadi budaya kerja sehari-hari.

Dalam konteks POLRI, konsep "AKURAT" (Amanah, Komitmen, Unggul, Responsif, Adil, Terpercaya) menjadi kerangka nilai yang perlu dipadukan dengan visi "PRESISI". Dengan menjadikan "AKURAT" sebagai budaya kerja, POLRI dapat membangun transformasi yang tidak hanya "PRESISI" dalam visi, tetapi juga "AKURAT" dalam praktik sehari-hari.

Dari POLRI yang "PRESISI"

Visi POLRI "PRESISI" membawa empat arah transformasi besar. Pertama, prediktif yang diwujudkan melalui sistem data dan early warning system dalam mencegah konflik sosial serta memetakan potensi kejahatan. Kedua, responsibilitas yang ditunjukkan dengan hadirnya polisi di tengah masyarakat melalui community policing dan peningkatan akses aduan publik. Ketiga, transparansi yang dikembangkan melalui keterbukaan informasi dan pemanfaatan kanal digital resmi. Keempat, berkeadilan yang diupayakan lewat reformasi penyidikan, penguatan kode etik, dan pengawasan internal.

Capaian ini merupakan fondasi penting, akan tetapi jika merujuk pada kerangka Good to Great, capaian "PRESISI" baru menempatkan POLRI pada kategori "baik." Menurut Collins, "A company can't achieve greatness by simply being good at many things; it must discover what it can be the best in the world at" (Collins, 2001, p. 95). Capaian ini merupakan fondasi penting. Agar dapat mencapai "hebat," diperlukan dimensi baru yang memperkuat konsistensi hasil yaitu ""AKURAT"".

Menjadi POLRI yang "AKURAT"

Akurasi bukan hanya soal ketepatan teknis, tetapi juga mencakup nilai, perilaku, dan sistem yang dijalankan secara konsisten. POLRI yang "PRESISI" harus menanamkan prinsip-prinsip "AKURAT" berikut:

  • Amanah, Menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab dan dapat dipercaya. POLRI harus menjaga kepercayaan publik/ masyarakat melalui integritas dan tanggung jawab penuh dalam setiap tindakan. Good to Great menekankan kepemimpinan tingkat 5: rendah hati, tetapi memiliki tekad baja untuk menjaga amanah organisasi. Dalam konteks continuous improvement, amanah berarti tidak pernah puas dengan pencapaian, selalu ada ruang untuk menjadi lebih baik demi masyarakat. Sedangkan Deming menekankan, "Quality begins with the intent, which is fixed by management" (Deming, 1986, p. 49). Amanah berarti niat yang lurus dalam pelayanan dan penegakan hukum.
  • Komitmen, Teguh dalam menjaga keamanan, ketertiban, dan pelayanan kepada masyarakat. Transformasi tidak akan berhasil tanpa komitmen dari seluruh jajaran POLRI. Komitmen ini mencakup keseriusan dalam menjalankan program, konsistensi dalam menegakkan hukum, dan keberanian menghadapi resistensi internal maupun eksternal. Konsep Kaizen mengajarkan bahwa komitmen kolektif, dari pimpinan hingga personel lapangan, menjadi kunci keberhasilan perbaikan berkelanjutan. Masaaki Imai dalam Kaizen menyebut, "Kaizen is everyday improvement, every day is a challenge to find a better way of doing things" (Imai, 1986, p. 23). Komitmen berarti konsistensi seluruh jajaran POLRI untuk terus mencari cara kerja yang lebih baik.
  • Unggul, Profesional, berkompeten, dan terus meningkatkan kualitas diri serta organisasi. POLRI harus membangun standar keunggulan yang terukur dalam setiap aspek, baik teknologi, pelayanan, dan kompetensi SDM. Unggul berarti selalu melakukan benchmarking, belajar dari praktik terbaik internasional, dan memastikan POLRI menjadi institusi modern. Prinsip Lean Thinking relevan di sini, yakni menghilangkan pemborosan dan meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat. Womack & Jones dalam Lean Thinking menulis, "Lean thinking provides a way to specify value, line up value creating actions in the best sequence, conduct these activities without interruption and do it more and more with less" (Womack & Jones, 1996, p. 15). Unggul berarti memangkas inefisiensi untuk menghasilkan kinerja terbaik.
  • Responsif, Cepat tanggap dalam menghadapi kebutuhan dan permasalahan masyarakat. Responsivitas merupakan bentuk akurasi dalam merespons perubahan dan kebutuhan masyarakat. POLRI yang responsif mampu menggunakan data real time, memahami tren sosial, serta memberikan layanan cepat dan tepat. Dalam kerangka continuous improvement, responsif berarti adaptif terhadap masukan, siap melakukan koreksi segera jika terjadi deviasi dari standar. Collins menekankan pentingnya disiplin tindakan: "Disciplined people engage in disciplined thought and take disciplined action" (Collins, 2001, p. 121). POLRI harus responsif, bukan reaktif, agar setiap respons tepat sasaran.
  • Adil, Menegakkan hukum tanpa pandang bulu, menjunjung tinggi keadilan. Adil adalah kunci legitimasi POLRI di mata masyarakat. Penegakan hukum harus bebas diskriminasi, mengedepankan objektivitas, dan berdasarkan bukti yang sahih. Dalam konteks TQM, keadilan adalah bagian dari mutu pelayanan publik: hasil kerja harus dirasakan adil oleh semua pihak, bukan hanya berdasarkan prosedur internal. Deming menyatakan, "Without trust, there is no cooperation and no quality" (Deming, 1986, p. 125). Keadilan adalah fondasi kepercayaan publik, sehingga kualitas layanan hukum hanya bisa terwujud dengan perlakuan yang setara bagi semua pihak.
  • Terpercaya, Menjadi institusi yang mendapat kepercayaan penuh dari rakyat. Puncak dari akurasi adalah membangun kepercayaan. POLRI yang dipercaya adalah POLRI yang komunikasinya jelas, datanya "AKURAT", dan tindakannya konsisten. Seperti ditegaskan dalam Good to Great, organisasi hebat tidak sekadar mengejar pencitraan, tetapi menumbuhkan kredibilitas melalui hasil nyata. Menurut Collins, "Trust is not built in a day, but it can be destroyed in a moment" (Collins, 2001, p. 147). POLRI hanya bisa dipercaya bila komunikasinya jelas, tindakannya konsisten, dan hasilnya nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun