Cinta jangan dibikin formal, malah ribet sendiri. Masa cinta terus dihitam putihkan. Masa cinta terus dikertaskan.Â
Saya termasuk percaya pada cinta sejati. Cinta yang tidak butuh kertas perjanjian. Cinta yang memang begitu agung.Â
Pernikahan harus dilandasi cinta itu. Sehingga akan terasa indah. Memberi sebelum diminta. Memberi tanpa harus merasakan kerugian segala.Â
Bukan juga untuk menuntut. Karena menuntut itu cuma emosi. Karena menuntut itu hadir ketika cinta sudah mulai sirna.Â
Ada hal hal dalam pernikahan. Pasti. Dan kita harus menyelesaikan dengan indah. Riak riak itu justru sebuah warna. Kehidupan menjadi semakin indah.Â
Apakah akhirnya pernikahan menjadi sebuah perjanjian formal?Â
Sama sekali tidak perlu. Perjanjian pranikah bisa menjadi prahara karena pijakan rumah tangga menjadi begitu rapuh. Tak cukup cinta. Atau hanya bisnis belaka?Â
Pengkhianatan memang menyakitkan. Dan sebaiknya jangan terbersit untuk melakukan itu. Walaupun bersitan.Â
Kecurigaan akan hal itu juga tak perlu. Karena hidupmu akan semakin rapuh. Hidupmu akan kerontang. Hanya ada kekhawatiran yang tak diperlukan.Â
Optimistis. Tuhan pasti memberikan yang terbaik. Berprasangka baiklah. Prasangka itu akan menuntun hidupmu.Â
Perjanjian pranikah hanya mereka yang tak bisa melihat masa depan dengan penuh Keoptimisan. Hidup menjadi begitu sempit. Sumpek.Â
Neraka bukan lagi di dunia sana. Kamu ciptakan nerakamu di sini. Dalam sebuah rumah yang kau sebut rumah tangga.Â
Mari kita kembalikan institusi pernikahan sebagai sebuah titik awal saling percaya. Karena bangunan akan semakin kokoh jika landasan kokoh.Â
Semoga keluarga kita semua mawadah, warohmah, dan sakinah. Keluarga yang menjadi oase dari segala kehidupan.Â