Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Mandiri Kurikulum Merdeka

5 Agustus 2022   07:25 Diperbarui: 5 Agustus 2022   07:37 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari gini masih ada guru yang menunggu "penataran" untuk dapat memahami Kurikulum Merdeka? 

Sehingga menggunakan istilah "penataran", sebuah istilah yang begitu membahana di zaman Orde Baru. Karena sikap mental menunggu instruksi dari atas masih begitu dalam tertanam pada sebagian besar guru. 

Selama ini, peserta pelatihan memang cenderung didapatkan oleh kelompok tertentu yang dekat dengan pejabat. Sehingga tidak jarang dijumpai seorang guru yang seumur umur belum pernah ikut pelatihan. 

Padahal, bagi seorang guru, pelatihan adalah sarana untuk memperbaharui banyak hal. Terutama mempelajari kemajuan dalam penggunaan metode mengajar dan juga materi materi ajar. Tak mungkin guru bisa mengikuti perubahan kalau tak pernah tersentuh oleh informasi. 

Wajar jika ditemukan seorang guru yang mengajar dengan menggunakan buku ajar berdasarkan Kurikulum 94 padahal pemerintah sudah mengganti Kurikulum tersebut dengan Kurikulum baru. 

Wilayah negeri ini yang begitu luas, memang sangat sulit untuk dijangkau dalam waktu yang singkat. Apalagi untuk wilayah wilayah yang masuk kategori 3T (terdepan, terluar, tertinggal). 

Kurikulum Merdeka hadir ketika sebagian besar dunia sudah melek internet. Covid yang menghalangi perjumpaan dalam ruang ruang kelas, mengharuskan pembelajaran pindah ke ruang ruang maya. 

Guru yang tadinya gaptek, langsung dipaksa untuk bisa menguasai dunia baru tersebut. Luas wilayah yang begitu membentang mendadak menjadi begitu dekat melalui layar layar zoom. 

Biaya pelatihan untuk guru, biasanya juga tidak tanggung tanggung. Bisa melewati angka triliun. Dana yang bisa diefektifkan jika ada cara lain dalam proses pelatihan guru. 

Tidak semua sekolah diwajibkan menggunakan Kurikulum Merdeka. Akan tetapi, setiap sekolah pasti berharap dapat sesegera mungkin dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka tersebut. 

Ketika pemerintah tak bisa membiayai pelatihan untuk semua guru, maka pelatihan mandiri oleh guru guru menjadi alternatif bagi sekolah yang ingin melaksanakan Kurikulum Merdeka. Hal demikian sangat dimungkinkan. 

Belajar mandiri Kurikulum Merdeka bukan lagi menjadi fenomena aneh. Karena ketika pembelajaran harus dilakukan secara jarak jauh karena ancaman covid, guru guru sudah banyak yang melakukan belajar mandiri. Tak ada waktu untuk menghadapi covid yang hadir begitu mendadak. 

Paling asyik tentunya belajar mandiri Kurikulum Merdeka melalui platfor Merdeka Mengajar.  Platform yang disediakan Kemendikbudristek itu tinggal diunduh di PlayStore atau AppStore. 

Guru guru bisa belajar Kurikulum Merdeka sambil bersantai di rumah ketika ada waktu senggang. Bisa juga dilakukan disekolah bersama teman sambil dilanjutkan dengan diskusi. Atau bersama teman sejawat dalam organisasi MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). 

Sehingga pendaftaran yang dibuka oleh Kemendikbud ristek bagi sekolah yang ingin melaksanakan Kurikulum Merdeka pun begitu membludak. Mereka seakan tak sabar untuk ikut serta merayakan masa depan. 

Kurikulum Merdeka bukan sesuatu yang menyeramkan. Karena Kurikulum Merdeka sangat mudah dipahami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun