Kalau tak punya hati lebar, justru di saat WFH inilah bakal terjadi banyak perceraian. Pagi ketemu bini, siang ketemu bini, sore ketemu bini, eh malamnya malah harus tidur dengan bini yang sama.Â
Penderitaan Kamdi juga sama. Pernikahannya dengan Harum sudah menginjak tahun keempat. Dan di tahun keempat ini pula prahara semakin runcing untuk segera diselesaikan.Â
Tahun pertama, Kamdi selalu mendengarkan apa yang dikata Hanum. Semua permintaan Hanum selalu dituruti. Bahkan permintaan yang kadang tersamar dalam kata kata.Â
"Mas, tahu, gak semalam Hanum mimpi apa?" tanya Hanum suatu pagi saat lagi sarapan telor dadar paling muantep karena dibikin sama Hanum setengah mateng meleleh.Â
"Mana abang tahu? Ceritakan saja, sayang," Jawab Kamdi sambil melemparkan senyum paling gantengnya.Â
"Hanum mimpi makan roti bakar Handana."
Kamdi paham banget. Pasti maksudnya, Hanum pengin makan roti bakar yang jauhnya 30 kilometer dari tempat tinggalnya sekarang.Â
"Nanti sore abang mampir beli roti bakar yang Hanum mimpikan."
Itu tahun pertama. Tahun kedua, Kamdi giliran minta didengarkan. Kamdi mulai gak sabar dengerin Hanum ngomong. Kamdi inginnya Hanum mendengarkan. Dan Hanum nurut. Mau mendengarkan. Itung itung gantian.Â
Tahun ketiga yang mulai terlihat sebagai malapetaka. Kamdi dan Hanum tak ada lagi yang mau mendengarkan. Keduanya pengin ngomong. Pengin didengarkan. Sehingga di tahun ketiga itulah, giliran tetangga yang selalu mendengarkan omongan mereka berdua.Â
Sekarang tahun keempat. Prahara masih cukup sengit. Dan parahnya lagi, Kamdi harus WFH.Â
Terkadang Kamdi iri kepada Yoyon, atasannya di kantor. Pak Yoyon dan istrinya terlihat selalu mesra. Bahkan ketika umur perkawinan mereka sudah tak mungkin lagi dihitung dengan jari.Â
Bagaimana ya kabar, Pak Yoyon?Â
"Abang, barusan ada telpon dari Pak Yoyon. Aku jawab, kamu lagi masak," kata Hanum sambil jalan ke kamar mandi. Bahkan tanpa nengok.Â
Terpaksa Kamdi telpon balik. Takut ada yang penting dari bos hebatnya itu.Â
"Assalamu'alaikum. Apa kabar, Pak Yoyon? Tadi bapak......" kata Kamdi menelepon balik Pak Yoyon.Â
"Aku bininya, Kamdi. Ada apa pagi gini nelpon? " tanya suara bini Pak Yoyon.Â
"Oh, maaf, Bu. Pak Yoyonnya ada? " tanya Kamdi. Sambil berpikir bahwa Pak Yoyon pasti sedang tidur lagi. Enaknya punya bini seperti bininya Pak Yoyon. Suami jadi sejahtera. WFH sampai kiamat juga bakal dijabanin.Â
"Pak Yoyonnya lagi nyuci. Nanti telpon lagi saja ya, Pak Kamdi."
Gubrak. Kamdi jatuh terduduk. Nyaris pingsan. Untung saja Kamdi segera sadar, jika pingsan pasti akan dibiarkan begitu saja sama Hanum. Akhirnya, Kamdi membatalkan pingsannya.