Sekarang tahun keempat. Prahara masih cukup sengit. Dan parahnya lagi, Kamdi harus WFH.Â
Terkadang Kamdi iri kepada Yoyon, atasannya di kantor. Pak Yoyon dan istrinya terlihat selalu mesra. Bahkan ketika umur perkawinan mereka sudah tak mungkin lagi dihitung dengan jari.Â
Bagaimana ya kabar, Pak Yoyon?Â
"Abang, barusan ada telpon dari Pak Yoyon. Aku jawab, kamu lagi masak," kata Hanum sambil jalan ke kamar mandi. Bahkan tanpa nengok.Â
Terpaksa Kamdi telpon balik. Takut ada yang penting dari bos hebatnya itu.Â
"Assalamu'alaikum. Apa kabar, Pak Yoyon? Tadi bapak......" kata Kamdi menelepon balik Pak Yoyon.Â
"Aku bininya, Kamdi. Ada apa pagi gini nelpon? " tanya suara bini Pak Yoyon.Â
"Oh, maaf, Bu. Pak Yoyonnya ada? " tanya Kamdi. Sambil berpikir bahwa Pak Yoyon pasti sedang tidur lagi. Enaknya punya bini seperti bininya Pak Yoyon. Suami jadi sejahtera. WFH sampai kiamat juga bakal dijabanin.Â
"Pak Yoyonnya lagi nyuci. Nanti telpon lagi saja ya, Pak Kamdi."
Gubrak. Kamdi jatuh terduduk. Nyaris pingsan. Untung saja Kamdi segera sadar, jika pingsan pasti akan dibiarkan begitu saja sama Hanum. Akhirnya, Kamdi membatalkan pingsannya.