Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Selamat Datang, Kurikulum Baru

28 Oktober 2020   17:32 Diperbarui: 28 Oktober 2020   17:37 1765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosialisasi asesmen nasional telah berjalan. Sosialisasi disertai pendampingan menyangkut kurikulum baru juga dilakukan. Kurikulum baru ini masih banyak mengadopsi Kurikulum 2013. Itulah berita yang kubaca hari ini di Kompas.

Kurikulum 2013 memang termasuk kurikulum paling kontroversial.  Dilahirkan dalam waktu yang sangat singkat dan cenderung sangat buru buru. Seperti sedang mengejar waktu, karena pilpres yang segera berlangsung. 

Dan Kurikulum 2013 diberlakukan pada Zaman menteri pendidikan M. Nuh, menteri pada kabinet SBY. Dan waktu tinggal menunggu detik-detik pergantian kabinet. 

Betul juga. Pergantian kabinet, juga mengganti menteri pendidikan dari M Nuh ke Anies Baswedan. Dan Kurikulum 2013 langsung ditunda di tengah jalan. Dan guru guru pun cuma dibikin melongo. 

Lalu, kurikulum diberlakukan lagi. Tentu dengan revisi. Agak aneh, belum berlaku penuh sudah direvisi. Dan, sekolah yang sudah membeli buku Kurikulum 2013 pun harus mengeluarkan dana baru untuk membeli buku kurikulum 2013 dengan embel-embel revisi. Berapa milyar uang dibuang percuma. 

Menteri baru pun memunculkan hal baru. Nadiem sebagai menteri baru mengalmarhumkan ujian nasional. Lalu, muncul asesmen kompetensi minimal. Yang hadir tidak sendirian, tapi langsung kembar tiga bersama survei karakter dan survei lingkungan belajar. 

Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi jelas sangat tidak nyambung dengan ujian nasional. Pemaksaan ujian nasional sebagai pengukuran keberhasilan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013, adalah kebijakan yang dipaksakan dan cenderung ngawur. Masa kompetensi cukup dilihat dari pilihan ganda? 

Nah, sekarang giliran asesmen dan dua saudara kembarnya yang digadang gadang Mas Menteri. Persoalan yang muncul, apakah kurikulum yang dipakai di ruang ruang kelas sudah nyambung dengan asesmen kompetensi minimal dengan dua saudara kembarnya? 

Ya, jelas tidak! 

Oleh karena itu, atas nama apa pun Kurikulum yang diberlakukan harus diubah agar nyambung dengan asesmen yang akan dilakukan. Mengetes sesuatu yang tak pernah diajarin, terus ngetes apa? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun