Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menunggu Terawan

29 September 2020   09:28 Diperbarui: 29 September 2020   09:34 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Narasi via Tribunnews.com

Perempuan itu masih duduk di situ. Di sebuah halte bus yang sudah mulai lapuk film beberapa sisinya. Sementara gerimis memberikan nya nyanyian paling merdu. 

"Mari, " sapa seorang laki-laki ketika melewati perempuan itu. 

Perempuan itu hanya mengangguk dan tersenyum. Senyumnya memang agak dipaksakan. 

Laki-laki kedua yang melewati perempuan itu, tidak berusaha bersopan-santun lagi. Karena dia yakin perempuan itu perasaannya entah sedang di mana. 

"Menunggu seseorang, Bu? " tanya perempuan pemulung yang sering tinggal dan tidur di halte itu. 

Perempuan itu mengangguk. 

Tak ada lagi dialog lain.  Gerimis sudah berubah menjadi hujan yang agak lebat. Beberapa orang sempat ikut berteduh di halte itu. Tapi, mereka semua segera bergegas saat kendaraan yang dutunggunya datang. 

Perempuan itu masih duduk. Sendiri. Bahkan ketika hujan sudah kelelahan mengguyur tempat itu dari sore. 

Pandangan entah menerawang ke mana. Tak ada yang bisa menebaknya. 

Seminggu lebih perempuan itu duduk di halte.  Tak terlihat dia makan. Tak terlihat dia minum. Baju yang dikenakan juga masih sama. 

Ketika Satpol PP dilapori tentang perempuan yang duduk di halte berhari-hari. Segerombolan satpol PP langsung datang ke tempat itu. 

Mereka memaksa perempuan itu naik ke mobil. 

"Mau dibawa ke mana, Pak? " tanya pemulung yang sering tinggal di halte tersebut. 

"Ngapain dia? " Satpol PP yang ditanya malah balik bertanya. 

"Dari kemarin dia nungguin Pak Terawan. "

"Pak Menkes? "

"Meneketehe, " jawab perempuan pemulung sambil ngeloyor pergi. 

Dan satpol PP cuma bisa geleng-geleng kepala. 

Dok pri
Dok pri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun