Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Guru Dituduh Makan Gaji Buta

1 Agustus 2020   06:08 Diperbarui: 1 Agustus 2020   06:12 3059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nadiem sudah turun ke Lapangan. Tepatnya di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Akankah ada peninjauan ulang PJJ? 

Persoalan jaringan memang menjadi persoalan utama dalam program PJJ.  Bogor itu masih bersebelahan dengan Jakarta sebagai ibukota negara ini. Sementara, jaringan internet masih menjadi sebuah kendala dalam proses pembelajaran daring. 

Bukan hanya karena koneksi internet yang tak lancar, tapi masih ada yang belum bisa internetan. Hal ini ditambah dengan persoalan kuota yang tidak terlalu tersedia. 

Dalam kondisi pandemi saat ini, banyak orang tua yang terganggu perekonomiannya.  Jangan kan untuk membeli kuota internet, untuk makan saja mereka masih harus berpikir keras. 

Belum lagi persoalan beban materi.  Seharusnya, kurikulum adaptif, bukan kurikulum baru, sudah tersedia sebelum tahun ajaran baru dimulai.  Sepertinya kementerian pendidikan dan kebudayaan yang sudah memiliki pusat kurikulum abai menyelesaikan tugas ini. 

Akibatnya, guru guru bingung dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Di satu sisi, waktu pembelajaran berkurang. Di sisi, lain, belum ada kurikulum panduan dalam pembelajaran daring sehingga guru rentan disalahkan. 

Belajar daring sendiri masih berkendala dari sisi proses pembelajaran nya sendiri. Ada sekolah yang sudah menggunakan zoom sehingga kehadiran siswa terpantau. Pembelajaran juga melalui interaksi aktif. 

Tapi, lebih banyak lagi sekolah yang hanya mampu mengandalkan WA grup. Sebagus bagusnya interaksi melalui WA grup, tak bisa maksimal karena guru tak pernah bisa memantau kesertaan siswa dalam proses pembelajaran.  Kadang siswa hadir hanya untuk presensi, lalu pergi entah kemana. 

Ada juga, dan ini yang paling memprihatinkan, guru dan peserta didik tidak melakukan apa apa.  Masuk sekolah tak boleh.  HP tak punya, apalagi laptop. Koneksi internet payah, karena harus naik gunung. Bahkan ada yang sama sekali tak ada sinyal, bukan cuma susah sinyal. 

Pembelajaran daring memang benar benar harus dikaji lebih mendalam. Jangan sampai nanti muncul sebuah generasi yang hilang. Generasi yang tak jelas dalam memanfaatkan waktu belajarnya. 

Keputusan empat Menteri harus dibicarakan kembali. Sebagai Guru lebih kesel kalau dituduh makan gaji buta. Apa iya, sudah sepontang-panting ini, masih dibilang makan gaji buta?

Keterlaluan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun