Malam sudah sangat larut, tapi Imran belum juga mampu memejamkan matanya. Â Terus saja, matanya menolak terpejam. Akhirnya, dia ke balkon dan merokok.Â
Sudah dua hari ini, istrinya selalu terbangun di tengah malam. Kemudian, entah kenapa, terisak begitu menyayat hati. Â Seperti menahan luka yang begitu dalam.Â
Tari, istri Imran dulunya seorang pendaki gunung. Â Mungkin dia satu satunya perempuan di kampus nya yang sudah naik lebih dari sepuluh gunung. Â Pernah ke Gunung Gede, Gunung Ciremai, Gunung Slamet, Gunung Prau, Gunung Sindoro, Gunung Lawu, Gunung Mahameru, Gunung Rinjani, bahkan sampai ke Gamalama.Â
Maniak banget sama gunung. Katanya, di atas gunung dia mampu menemukan segala kebahagiaan nya. Dan, dia berjanji akan terus mendaki, sampai kapan pun juga.Â
"Aku tak bisa dan tak suka mendaki, " kata Amran ketika Tari sudah resmi menjadi pacarnya.Â
Tari hanya tersenyum.Â
Imran sendiri memang kutu buku. Hampir setiap hari, waktunya dihabiskan di perpustakaan. Â Kegiatan ekstrakurikuler yang diambil juga penelitian. Sudah berpuluh-puluh penelitian dihasilkan. Sudah berpuluh-puluh kejuaraan dimenangkannya.Â
"Benar, kalian pacaran, " Pertanyaan itu yang selalu muncul ketika ketemu teman Imran atau teman Tari.Â
Teman teman mereka heran kalau mereka berdua pacaran. Sangsi karena keduanya benar-benar beda kegemaran.Â
Pacaran mereka langgeng hingga ke pernikahan. Â Dan Tari kemudian menjadi istri yang baik. Setelah menikah, Tari betul-betul melupakan dunia gunung. Tari berusaha menjadi istri yang baik.Â