Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Batalkan Ibu Kota Baru

8 April 2020   17:39 Diperbarui: 8 April 2020   17:37 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Munculnya ide pasti membanggakan.  Tapi kalau idenya gak adil bagi orang lain, pasti ngeselin juga kan. 

Siapa sih yang gak ingin ikut peduli ketika wabah menghadiri kehidupan kita?  Semua pasti akan dan ingin ikut menanggung renteng setiap ada masalah bersama. 

Adalah prioritas tindakan. Jangan sampai ada kesan, untuk kepentingan ku jangan diganggu gugat.  Terus, apa arti kebersamaan jika tuntutan kebersamaan hanya berlaku bagi pihak lain? 

Semua tertegun. Semua kaget. Korona begitu menghentak kehidupan semua manusia.  Di mana pun dia meninggali bagian bumi ini. Tak ada urusan rasa, suku, atau bangsa. Semua diserangnya. Bahkan serangannya lebih mengejutkan dari virus HIV yang selama ini sudah menjadi momok umat manusia. 

Gaji pegawai negeri dipotong, kata Ridwan Kamil. Ide yang baik, tapi juga sekali gus tak baik. Sumbangan harusnya sukarela. Kalau gaji dipotong pasti tidak semua merelakan nya.  Karena kebutuhan seseorang akan berbeda beda. Kenapa tidak menghimpun sumbangan saja, bukan pemotongan. Lagian, kata pemotongan lebih dekat ke pemimpin otoriter. Bukan pemimpin di era demokratis. 

Sri Mulyani juga mengusulkan pemotongan thr dan gaji ke-13. Hampir sama. Kenapa rakyat kecil harus dipaksa berkorban? Lebih ngeselin jika pada saat yang sama ada isu pembebasan para koruptor.

Yang lebih menyakitkan, ketika anggaran untuk pembangunan ibukota negara tak juga disentuh sentuh. Kenapa program ini tak dibatalkan saja. Anggaran bisa untuk menanggulangi korona yang butuh dana berlipat. 

Jangan seakan-akan program pemerintah gak boleh diubah tapi rakyat disuruh berkorban ini dan itu. Seolah-olah negeri ini tak bisa hidup jika tak membuat rakyat semakin merana. 

Pak Presiden, batalin atau tunda proyek ibukota baru itu. Biar keliatan kebersamaan dan negeri ini. Rakyat juga akan rela berkorban di saat melihat pemimpin nya sudah mati matian berkorban. 

Gitu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun