Mohon tunggu...
Mochacinno Latte
Mochacinno Latte Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

day dreamer, art holic, coffee holic, painter, technocrat wanna be, author for his own satisfaction, idea creator

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ontran-ontran Ngarcopodo Seri 10 | Peradaban Majnun

15 September 2018   22:06 Diperbarui: 16 September 2018   00:15 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nah memang Masyarakat saat ini sudah tidak lagi menggunakan akal, pikiran dan panca-indera, semuanya serba emosi dan kefanatikan yang membabi-buta. Berusaha saling menjatuhkan dan asal kalian kalian semua tahu, kalau pun bapak-bapak yang di sana itu terpilih, yang datang menjenguk kita ketika sakit ya teman yang beda pilihan tadi, yang ngutangi kita ketika bokek ya tetangga yang berbeda calon presiden, bukan Bapak-bapak yang hanya kamu kenal nama nya di sana itu. Paham to??"

Pertanyaan Kyai Srondol menuntaskan wejangannya kepada tiga sahabat konyol itu. Bagong pun mengeloyor keluar dari pos ronda. Berpamitan hendak berganti pakaian dahulu sebelum kembali meronda. Sedang Katon dan Lennon  berjalan bareng dengan Kyai Srondol, yang kebetulan jalan ke kediaman mereka searah dengan Kyai Srondol dan Anna.

"Kang Bagong awas lho balik lagi, akhir-akhir ini baru banyak pencurian. Jangan bablas tidur, jangan lupa bawa gorengan, itu hukuman atas kecuranganmu tadi." Ucap Katon mewanti-wanti Bagong yang berjalan ke arah sebaliknya.

Kita semua melihat dan mengamati, setiap hari terjadi perdebatan yang sama, perdebatan yang tak ada habisnya dan tema nya itu-itu saja, tidak di FB, IG, Twitter, Group WA, pun di lingkup kecil kemasyarakatan warung-warung dan poskamling. Seolah-olah semua orang paham politik mengerti akan segalanya, yang padahal kita tak tahu menahu apa yang sebenar-benarnya terjadi. Dan kita pun semua tahu itu sangat membosankan, tidak berfaedah dan menguras energi.

Moral:
Maka ketimbang kita menuntut perbaikan kepada orang lain yang belum tentu bisa dan tidak pernah pasti apakah akan terjadi. Lebih baik kita memperbaiki diri sendiri. Karena perbaikan diri-sendiri itu lebih berdampak dan berfaedah bagi diri kita dan sekeliling kita.

Catatan


*Tampanen kridaku, tak Jejek dadamu nek ora pecah dadi pitu ojo diundang aku Raden Katon Samber Jiwo

(Terimalah kanuraganku, aku tendang dada kamu kalau tidak hancur jadi tujuh, jangan panggil aku Raden Katon Samber jiwo)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun