Mohon tunggu...
Mochacinno Latte
Mochacinno Latte Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

day dreamer, art holic, coffee holic, painter, technocrat wanna be, author for his own satisfaction, idea creator

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ontran-ontran Ngarcopodo Seri 10 | Peradaban Majnun

15 September 2018   22:06 Diperbarui: 16 September 2018   00:15 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Masih juga karena kisah Rindu dan sayangnya Majnun kepada Laila. Ternyata derita rindu Majnun tidak mudah disembuhkan. Ternyata hari-hari berikutnya justru kadar kangen dan cintanya Majnun semakin menggebu-begu. Kali ini dia ingin cepat sampai di depan rumah Laila dan melihatnya. Akhirnya dia memutuskan untuk menaiki Onta kepunyaan dia, berhubung ontanya ini baru selesai melahirkan, maka ontanya pun sedikit gamang maju-mundur untuk jalan boleh dikata tak mau jalan, lalu kata Majnun. Huh kamu ini malah memperlambat jalanku, kalau begitu aku jalan kaki saja, dasar onta jelek. Lalu melompatlah Majnun dari onta, tapi.. eheem.." Kyai Srondol berhenti sejenak dari ceritanya untuk berdehem.

"Tapi kenapa mbah Kyai Srondol? Cepet ceritanya, keburu dingin ini" Bagong menanya.

"sabar too, ya pakai haus segala to ya" lalu disambarnya kopi di meja kecil di pojok pos ronda itu.

"waaha itu kopiku, kurang asem, sudah bikin orang keki main sambar kopi orang". Katon tak bisa mencegah kopinya mengalir ke kerongkongan Kyai Srondol.

" Enak tenaaan..hahaha" Kyai Srondol tampak menikmati kopi Cuma-Cuma itu. "lalu begini, tapi waktu melompat turun kaki Majnun tersangkut sebelah dan jatuh lalu pincanglah dia susah untuk berjalan. Bukan Majnun namanya kalau menghentikan keinginannya. Demi cintanya dan demi mengobati rasa rindunya, maka Majnun menggelundung-lundungkan dirinya sampai depan rumah Laila dan bersembunyi di semak-semak, setelah melihat Laila barang sejenak saja, dia kembali lagi ke rumahnya dengan menggelundung-lundungkan dirinya, hahahaha bodoh sekali bukan?" Selesai pula Kyai Srondol bercerita lalu kembali dia ke kopi rampasannya.

"Haa njuk.. lalu apa hubungannya dengan Peradaban Ngarcopodo saat ini? Apa hubungannya dengan saya Mbah Kyai, Njenengan itu Kyai lho jangan bikin statement yang menyesatkan umat bin ngawur"


Baju yang separuh basah itu tak mampu menahan dingin, akhirnya Lennon mengamit sarung yang sedari-tadi diletakkan di atas TV, lalu memakainya dan menariknya dalam-dalam.

"lalu apa juga hubungannya dengan kami, Kang Bagong leong itu?" Tambah Lennon.

"ehem.." Kembali berdehem Kyai Srondol dan kembali pula nyeruput kopi di tangannya, sedang yang lain menunggu wejangan Kyai Srodol malam itu." Sama-sama gilanya, sama-sama tak pakai otak, nalarnya sudah tak ada. Jaman sekarang ini, jika kalian sudah menjatuhkan pilihan pada suatu masa, kelompok, Calon presiden atau kepala daerah maka akan membela membabi buta. Semua akan dilakukan demi cintanya terhadap calon pilihannya dan semua orang harus tunduk dan mengamini pendapat nya. Baik pendapat terhadap pilihannya atau pendapat kepada lawannya. Hahaha gendeng kan. Seperti Bagong dan Lenon tadi, menurut kalian siapa yang benar-benar benar?? Hayoo siapa?, pasti kalian menjawab kalian sendiri to yang paling benar. Sedang yang datang dari kubu lawan adalah hoax tipu-tipu, meskipun akal pikiran dan hati nurani kalian berkata sebaliknya, tapi nafsu dan emosilah yang kalian gunakan. Sama persis seperti Majnun." Berhenti sejenak Kyai Srondol menyulut rokok klobot nya.

"Nah, orang juga bertanya kepada Laila. Hei Laila, yang digilakan Majnun padamu itu apa. Kamu itu tidak cantik-cantik amat, bodi biasa saja, kepintaran juga biasa saja, Kenapa Majnun yang pangeran itu bias tergila-gila padamu. Padahal yang lainnya banyak." Kyai kocak itu kembali meneruskan wejangannya. " jawab Laila apa, Tuan tidak melihat apa yang Majnun lihat, Tuan tidak merasa apa yang Majnun rasa. Bukan lagi masalah akal dan panca indera".

Bagong terlihat manggut-manggut, entah paham entah pikirannya melamun ketempat yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun