Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saatnya Pulang ke Pelukan Bumi

26 Juni 2021   08:36 Diperbarui: 2 Agustus 2021   13:22 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: staticflickr.com

Sejarah yang paling dikenang lebih selalu berjenis kelamin pria. Ditulis dengan syair yang garang, dewa-dewa yang mengamuk, Gilgamesh, prajurit Sparta, kuda Troya, Hang Tuah, Gajah Mada, Hannibal Barca. Tak ketinggalan pria-pria suci nabi Samawi, filosof dan para pembakar buku-buku.

Negara-negara terlahir sebagai pria yang siap dengan senjata perang, meriam, AK 47, kapal selam, pesawat tempur. Tidak ada negara yang keibuan, rerata berwatak pria dengan tensi tinggi. Walaupun sekarang terlihat lebih sopan, tapi kecurigaan dan tabiat saling gertak tak surut. Yang menang banyak, sangat selalu tukang rakit dan calo senjata.

Langit nomor satu, dan bumi nomor dua. Dewa Yunani Zeus, atau dewa bangsa Nordik Valhalla beranak pinak di langit. Bapak Langit Sanskrit disebut Djevs atau Deivos, dan Jovis untuk Latin, atau Tiwaz sebagai Ayahnda Langit bagi bangsa Eropa Barat. Semua mereka ingin ditulis atas nama langit.

Dalam mitologi Dayak-Benuaq, ketika bumi dan langit telah diciptakan dan kemudian dipisah, oleh 'Sang Ibu Pintar Lidah' (Ayakng Siluq Urai) dan 'Sang Putra Bijak Pertimbangan' (Tataau Junyukng Ayus), semua keturunan mereka lebih suka hidup di langit, tak satupun sudi terjun ke bumi barang sekejap.

Menyadari hal itu, mereka mengumpulkan sisa-sisa bahan dari pembuatan bumi dan langit, lalu menyuruh 'Sang Putri Komakng Lolakng' dan Potek Telose Sie untuk membuat suatu sosok manusia dari sisa bahan langit dan bumi tadi, yakni manusia yang kelak mau mendiami bumi. Bumi dihuni hanya oleh makhluk dari sisa bahan bangunan.

Bila sejarah ditulis pemenang, maka pemenang itu adalah pria dan langit. Lalu bumi dan wanita menjadi sisa-sisa dan catatan kaki. Si pria Adam menyisakan tulang rusuknya untuk wanita Hawa.

Adam seperti penunggu langit lainnya, jangan diharap untuk hidup di bumi. Hingga Tuhan harus mempersiapkan rekayasa, dengan "memperalat" sang pria Azazil, ketua umum para Iblis dan malaikat. Para sekuler-atheis pula, mengejek Tuhan monotheis Samawi sebagai pria tua berjanggut putih yang bersila di atas awan.

Langit dan prianya konon hampir selalu marah-marah, mengirim kutukan dan bencana. Lalu yang sudi mengurus bumi dengan sifat keibuan dan kelembutannya hanya dewi-dewi, para wanita, warga kelas dua sejarah. Cleopatra, Isabella, atau Hindun yang memakan jantung Hamzah, semua ratu tiran, nenek sihir dengan sapu terbang, dan segala wanita bengis yang tertulis dalam sejarah, akan dikecualikan dari konsep keibuan.

Maka tersebutlah Gaia dewi perwujudan bumi dalam mitologi Yunani, lalu Afaea sebagai dewi pertanian dan kesuburan, atau Demeter, dewi kesuburan, pertanian, gandum dan panen. Kita juga mengenal Dewi Sri (Jawa), Nyai Pohaci Sanghyang Asri (Sunda), atau Sangiang Serri (Bugis) sebagai dewi pertanian, dewi padi dan sawah, serta dewi kesuburan di pulau Jawa dan Bali.

Kita melihat garis keturunan ayah, untuk memenangkan pria melalui mitos-mitos patriarki yang ditumpangkan kepada lini masa sperma yang tak terputus. Nama keluarga dikaitkan dengan kromosom Y dan hanya diwariskan melalui garis keturunan (lagi-lagi) pria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun