"Perjuangan yang sebenarnya bermula tatkala perkuliahan sudah selesai." Demikianlah perkataan orang-orang yang sering saya dengar. Setelah diwisuda, saya anggap manusiawi jika seseorang mencoba mencari peruntungan untuk menghidupi diri sendiri, salah satunya melalui Instagram.
Nama Ihsanul Amal bukan nama asing di telinga saya. Lingkungan sekitar sering menyandingkan Ihsanul Amal dengan kata "SDIT" di depannya, yang mencitrakan bahwa Sekolah Islam Terpadu sudah terikat dengan instansi tersebut. Di lingkungan yang sama pula, cukup banyak orang yang saya kenal, usia lebih muda dari saya, menjadi siswa di sana.
7 September 2024 yang bertepatan dengan hari Sabtu, kesempatan berkarir dibuka oleh Yayasan Ihsanul Amal. Ada beberapa pilihan di sana, salah satunya adalah Guru Al-Qur'an yang saya ambil. Hal ini tentu saya bicarakan dengan Ibu terlebih dahulu, yang mana beliau turut meyakinkan agar memasuki instansi ini sejak lulus dari perkuliahan.
Dalam rangka melamar, beberapa berkas saya siapkan tetapi sempat mengalami kendala. Awalnya saya rencanakan untuk diantar pada Senin, 9 September ke Kantor Manajemen Ihsanul Amal. Namun, Qaddarullah tertunda menjadi hari Rabu, 11 September.
14 September 2024 adalah hari diadakan tes tertulis. Saya beserta tujuh orang lainnya diperkenalkan dengan salah satu petinggi yayasan. Nama beliau Ustadz Said, Sekretaris Yayasan. Pada hari itu, Ustadzah Ni'matul Jannah dan Ustadz Rian membersamai untuk memperkenalkan tentang Yayasan Ihsanul Amal. Tes tertulis dilaksanakan setelah agenda pengantar tersebut, mengejutkan saya tatkala memandang pertanyaan di sana. Allah menyadarkan bahwa pengetahuan saya masih sedikit, namun Allah juga yang masih berkenan untuk memberikan kesempatan untuk bergabung.
18 September 2024, saya dipertemukan dengan Direktur Yayasan, Ustadz Amiruddin untuk tes wawancara. Saya dinyatakan lulus sehingga diperkenalkan dengan Ustadz Faridi, Kepala Sekolah SMPIT Ihsanul Amal. Saya dibawa oleh Ustadz Faridi ke SMPIT dan dipertemukan dengan beberapa orang. Ustadz Sauri -- Koordinator Guru Al-Qur'an; Ustadz Aiman -- Tenaga UKS; Ustadz Ufiq, Ustadz Khairuddin, dan Ustadz Rukhyat -- Guru Al-Qur'an.
"Mengapa engkau dipertemukan dengan Guru Al-Qur'an lain?" Anda mungkin bertanya.
"Belajar, belajar, belajar, baru mengajar." Demikianlah jawaban dari Ustadz Said pada Sabtu, 14 September ketika menjelaskan empat tahapan untuk menjadi guru.
Kesempatan bertemu dengan Guru Al-Qur'an yang telah mengajar di sini dan observasi kelas adalah hal yang saya sukai. Dari awal masuk saya dipertemukan dengan berbagai kegiatan. Kamis, 19 September, saya mendampingi Guru Al-Quran untuk mengawasi jalannya Lomba Azan sebagai bagian dari Pekan Shalawat. Jumat, 20 September, saya membantu Ustadz Aiman mempersiapkan konsumsi dalam rangka Peringatan Maulid.
Senin--Rabu, 23--25 September adalah pelaksanaan Penilaian Tengah Semester, sehingga saya belajar bagaimana pelaksanaan ujian di sini. Kamis, 26 September adalah kembalinya kegiatan pembelajaran seperti semula dan sejak saat itu saya diminta untuk mendampingi Guru Al-Qur'an yang telah disebutkan untuk belajar.
***