Mulai dari Proyek Mini, Bukan dari Gedung Mewah
Waktu pertama kali dengar kata "pengembang properti", jujur saja yang terbayang di kepala saya adalah orang-orang bersetelan jas, berdiri di depan maket perumahan raksasa, sambil ngomong soal miliaran rupiah. Rasanya... jauh banget dari dunia saya yang bahkan cicilan motor masih jalan.
Tapi kemudian saya sadar, nggak semua pengembang itu langsung lahir di level gedung tinggi dan perumahan ratusan unit. Banyak yang memulai dari sesuatu yang kecil---bahkan sangat kecil. Satu rumah sederhana, dua petak kontrakan, atau kos-kosan mini di dekat kampus.
Bedanya, sekarang kita hidup di era digital. Modalnya nggak cuma uang, tapi juga kuota internet dan kemauan belajar. Semua bisa dipantau dari HP: kirim desain ke arsitek, nego harga bahan bangunan, sampai promosi ke calon pembeli. Dulu harus keliling bagi brosur, sekarang cukup bikin e-brosur dan kirim lewat WhatsApp.
Mulai dari proyek mini itu seperti latihan nyetir di lapangan kosong. Aman kalau salah, tapi tetap bikin kita paham rem, gas, dan setir. Dan yang paling penting, dari sini kita belajar:
- Hitung-hitungan biaya yang realistis.
- Cara menjaga hubungan dengan tukang dan pembeli.
- Menghadapi masalah tanpa panik.
Jadi kalau kamu selama ini mikir jadi pengembang itu cuma untuk "orang-orang besar", percayalah, zaman sudah berubah. Sekarang semua orang bisa mulai... bahkan dari halaman rumahnya sendiri.
Penulis
M. Mulyohadi S
Strategic Property Advisor
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI