Mohon tunggu...
M Lendri Julian
M Lendri Julian Mohon Tunggu... Penulis - Sedang ber-fiksi. Hubungi aku via do'a

Seorang lelaki dari Purwakarta. Datang untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadget Idaman Bunga

14 Agustus 2019   21:30 Diperbarui: 5 September 2019   10:21 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan penghasilannya yang seratus ribu per hari, Bunga berniat membeli sebuah gadget. Gadget lamanya benar-benar lama. Lama dalam browsing. Lama dalam mengirim pesan. Lama dalam berselfie. Lama-lama dia kesal. Akhirnya dia memutuskan untuk segera mengganti gadget yang serba lama itu dengan gadget yang baru. 

Setelah hitung-menghitung, Bunga memprediksi bahwa sebuah gadget baru akan dia dapati sekitar dua minggu lamanya. Bunga pun giat menabung. Dia kurangi porsi makan dan jajannya. Hingga kemudian dia tiba pada ujung sebuah waktu penantiannya. 

Dua minggu lamanya telah dia lewati. Hari-hari menabungnya telah mencapai puncak. Bunga segera mencari informasi tentang gadget yang sedang tren, bagus, dan juga murah. Dengan gadgetnya yang serba lama, dia memasuki dunia internet, mencari-cari calon gadget baru yang akan dibelinya. 

Akhirnya Bunga menemukan "gadget idamannya". Gadget yang sedang tren, bagus, dan juga murah itu, segera akan dia miliki. Dengan ditemani sang Ibu, Bunga pun menjelajahi pasar, memburu gadget idaman. 

"Bu, kalau uangku kurang, tambahin yah. Haha." Canda Bunga kepada Ibunya.

"Iya. Cari saja yang murah." Ibunya menyahut. 

Matahari yang terik menguasai pasar dengan gagahnya. Bunga yang sedang mengendarai motor, berusaha menghiraukan matahari yang gagah itu. Begitupun dengan sang Ibu, yang anteng-anteng saja pada goncengannya. Mata Bunga melirik ke kiri- ke kanan ketika mengendara, mencari sebuah toko gadget. Dengan matanya yang kemana-mana itu, untung saja tidak ada kendaraan atau pejalan kaki yang tertabrak. 

Tibalah mereka pada sebuah toko gadget dengan selamat. Bunga segera menghampiri toko itu dengan lincahnya. Dia pandangi berbagai macam gadget yang terpampang di dalam etalase. Ibunya pun ikut memandangi gadget-gadget itu. 

"Selamat siang Ibu, ada yang bisa Saya bantu?" Sapa seorang sales laki-laki kepada Sang Ibu.

"Siang. Ini anak Saya mau beli gadget katanya." Jawab sang Ibu. Bunga pun mengiyakan.

"Oh iya. Ini, dilihat dulu brosurnya."

Sales itu memberikan lembaran brosur yang berisikan gadget-gadget beserta harganya. Bunga dan Ibunya menerima brosur itu. Dilihatnya oleh mereka berbagai macam gadget. Si sales pun turut menemani. 

Bunga masih mencari gadget idamannya. Dibacanya lembaran brosur itu dengan teliti. Lembar demi lembar dia baca. Gadget demi gadget dia pandangi. Dia pun resah, karena belum menemukan gadget yang dia idamkan. 

Namun pada akhirnya, dia menemukan gadget yang dia idam-idamkan. Dibaca segalanya tentang gadget itu. Mulai dari harga, kapasitas batrei, ukuran pixel kamera, dan sebagainya, dia baca dengan teliti. 

"Udah, yang itu aja! Itu kan, yang Kamu mau? " Tiba-tiba sang Ibu menyambar.

"Iya Bu, yang satu ini bagus juga (sembari menunjuk gadget yang lain). Tapi harganya mahal." Sahut Bunga memelas.

"Ya terserah. Jadi Kamu mau yang mana?"

Bunga tidak menjawab. Kebingungan sedang menyelimuti pikirannya. Uangnya tidak cukup untuk membeli gadget yang harganya lebih mahal itu. Apakah Bunga akan meminta uang tambahan kepada Ibunya? Tidak. Bunga tidak akan meminta  uang tambahan kepada Ibunya! Sebagai anak yang sudah mempunyai penghasilan, dia akan malu jika meminta uang kepada sang Ibu. "Aku beli yang ini saja. Sudah lama Aku mengidamkannya." Akhirnya Bunga memutuskan untuk membeli gadget yang sedari awal ingin dia beli, dihadapan Ibunya. 

"Yakin?" Sang Ibu memastikan.

"Seratus persen!" Tegas Bunga.

"Yakin?" Si sales ikut memastikan.

"Seratus persen, Mas." Tegas Bunga lagi. 

Si sales tiba-tiba mengambil sebuah kotak gadget dari dalam etalase. Kemudian dia berusaha mengumumkan sesuatu.

"Kebetulan Kami lagi ada promo. Gadget ini, (sembari mempertunjukkan kotak gadget yang ada ditangannya) sedang ada promosi. Harganya terkena diskon sebesar tiga puluh persen! Jadi, harga gadget ini tidak seperti harga pada brosur. Dengan diskon tiga puluh persen, siapa yang tidak mau?"

Bunga dan Ibunya pun segera melirik keterangan gadget itu di brosur. Kualitas dan lain-lainnya memang lebih bagus dibandingkan dengan gadget idaman Bunga. Harganya lebih murah dari gadget sebelumnya yang membuat Bunga kebingungan. Bunga tidak akan mendapatkan malu, jika harus meminta uang tambahan kepada Ibunya. Bunga hanya butuh uang sedikit lagi, untuk membeli gadget yang ditawarkan si sales. Kali ini, Bunga pun kembali mendapati kebingungan. Kebingungan dalam memilih gadget idaman, atau gadget yang sedang di diskon. 

"Kelebihan gadget itu apa Mas?" Tanya Bunga kepada si sales.

"Oh iya, gadget ini baru saja keluar dari pabrik. Belum ada orang yang mempunyai gadget ini. Dari spesifikasinya, Anda bisa lihat di brosur. Gadget ini akan bertahan lama, karena memiliki sistem keamanan yang terjamin."

"Coba Mas, Saya mau lihat gadgetnya." Pinta Bunga penasaran. 

Si sales pun mengeluarkan gadget dari kotak gadget itu. Terlihat sebuah gadget yang lebih besar dan lebih tipis dari gadget idamannya Bunga. Si sales itu memberikan gadget itu kepada Bunga. Bunga pun membolak-balikkan gadget itu, dipandanginya dengan tajam. 

"Gimana, Bu?" Tanya Bunga pada Ibunya.

"Ibu kan sudah bilang, terserah Kamu saja." Jawab Sang Ibu. 

Bunga, Ibunya, dan si sales, tiba-tiba terdiam. Bunga dengan kebingungannya, sedang memilah-milah gadget mana yang harus dia beli. Sang Ibu, menunggu keputusan Bunga. Si sales, juga menunggu keputusan Bunga. 

                                         *

Waktu dahulu, Bunga pernah mengalami hal yang serupa. Dia dan lagi-lagi, bersama Ibunya, berniat membeli sebuah gadget. Di sebuah toko gadget pada waktu itu, seorang sales perempuan menawarkan sebuah gadget. Pada waktu itu, tidak ada gadget idaman dalam benak Bunga. Tidak banyak pikir, Bunga pun langsung membeli gadget yang ditawarkan si sales. Ketika Bunga dan gadget itu sudah sampai rumah, Bunga merasa ada ketidakcocokan dengan gadget barunya itu. Terpaksa hari-harinya harus ditemani oleh gadget itu, karena malas jika harus pergi lagi ke toko gadget dan menukarkannya.

Pada waktu malam tahun baru, gadget itu hilang dari saku celanannya. Seseorang telah mencopetnya ketika kembang api dan terompet tahun baru memeriahkan perkotaan. Bunga pun resah. Ibu dan Bapaknya bersimpati. Alhasil, Bunga diberi gadget yang serba lama, yang hingga kini masih digunakannya. Sebentar lagi, gadget yang serba lama itu akan pergi meninggalkan Bunga. 

                                         *

Mungkin kejadian itulah yang telah membingungkan Bunga dalam memilih sebuah gadget. Kini, dia tertarik kepada gadget yang sedang di diskon itu, namun masih ada yang mengganjal di dalam hatinya. Hatinya terlalu dalam jatuh cinta kepada gadget yang sedari awal sudah diidam-idamkannya. 

"Gimana, Bu? Aku bingung." Tanya Bunga dengan penuh kebingungan.

"Ya sudah. Pilih saja yang sesuai dengan hatimu." Ibunya menasehati.

"Jadi, Bagaimana? Bingung ya? Hihi." Si sales meminta kepastian. 

Mereka kembali terdiam. Bunga mencoba menjernihkan hatinya. Dia memfokuskan pikirannya. Dia menarik nafasnya dalam-dalam. Kemudian dia hembuskan nafasnya secara perlahan. Akhirnya Bulan pun siap memilih. 

"Aku beli yang ini saja, Mas!" Pinta Bunga dengan tegas, sembari menunjuk gadget idamannya yang tertera pada brosur.

Purwakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun