Tidak ada anak yang benar-benar membenci orang tuanya. Seberapa pun mereka bersikap dingin, menjauh, atau tampak tak peduli, di dalam hati yang paling dalam, tetap tersimpan cinta yang besar. Anak bisa kecewa, bisa menangis diam-diam, bisa merasa terluka. Tapi mereka tidak pernah benar-benar membenci. Yang ada hanyalah luka yang tak bisa mereka ungkapkan, dan harapan yang terus mereka pendam.
Sering kali orang tua merasa bahwa mereka selalu benar. Bahwa semua yang mereka lakukan adalah bentuk kasih sayang, bentuk didikan, dan wujud tanggung jawab. Namun kadang, tanpa sadar mereka lupa bahwa anak juga punya hati yang bisa merasakan perbedaan, ketidakadilan, dan sikap yang menyakitkan. Seorang anak tidak butuh orang tua yang sempurna, mereka hanya ingin diperlakukan adil, didengar, dan dihargai sebagai pribadi yang juga punya perasaan.
Kecewa itu tidak selalu muncul karena sesuatu yang besar. Kadang, itu muncul dari hal-hal kecil yang terus diabaikan: pujian yang lebih sering diberikan pada saudara lain, perhatian yang terasa berat sebelah, atau ucapan yang merendahkan di saat anak sedang berusaha keras untuk dimengerti. Anak-anak belajar menyimpan rasa itu sendiri. Mereka tidak melawan, hanya diam. Tidak membentak, hanya menjauh. Dan sayangnya, sering kali diam itu disalahartikan sebagai pembangkangan.
Padahal, yang mereka butuhkan hanyalah ruang untuk dipahami. Mereka ingin dianggap penting, didengarkan ketika mereka bicara, dan dipeluk saat mereka gagal. Mereka tak butuh kemewahan, hanya sedikit keadilan. Hanya sedikit pengakuan bahwa mereka pun berhak merasakan kasih sayang yang sama.
Ketika orang tua membandingkan, mengkritik tanpa membangun, atau memaksa tanpa memahami, luka dalam hati anak pun tumbuh perlahan. Mereka tak membenci, tapi merasa kecewa. Dan kecewa dari orang yang paling mereka cintai adalah kecewa yang paling sulit disembuhkan.
Namun meskipun terluka, anak tetap berharap. Mereka berharap orang tuanya suatu hari akan mengerti, akan menyadari bahwa mereka juga ingin diperlakukan sebagai manusia utuh. Anak bukan hanya objek didikan, tapi juga jiwa yang sedang tumbuh, yang butuh sentuhan kasih, bukan hanya aturan dan tekanan.
Dan meski kata-kata itu tidak pernah diucapkan, cinta seorang anak kepada orang tuanya tetap hidup dalam doa-doa diam yang mereka panjatkan. Dalam kepatuhan yang tetap dijaga. Dalam perhatian kecil yang tetap diberikan, meskipun hati mereka sedang mencoba menyembuhkan luka.
Tidak ada anak yang membenci orang tuanya. Yang ada hanyalah hati yang kecewa, yang berharap bisa dimengerti tanpa harus menyakiti. Karena bagi mereka, orang tua tetaplah rumah, walau terkadang rumah itu terasa sedikit dingin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI