Mohon tunggu...
Misri Gozan
Misri Gozan Mohon Tunggu... Guru Besar Teknik Kimia - UI, Ketua BATAP LAM TEKNIK-IABEE Persatuan Insinyur Indonesia

Ketua BATAP dan Komite Eksekutif LAM TEKNIK, Persatuan Insinyur Indonesia Guru Besar Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia Pengasuh Pendidikan Dasar, Menengah dan Pesantren

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengintip Investasi IPTEK Jerman (bagian 2) BuFI: Kemudahan hingga Keterbukaan Data

12 Juli 2025   20:08 Diperbarui: 18 Juli 2025   22:06 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengintip Investasi IPTEK Jerman bagian 2:  BuFI, Kemudahan hingga Keterbukaan Data (Sumber: Misri Gozan)


Di bagian pertama, tulisan saya telah menyoroti nekatnya Jerman yang terus memompa dana demi ambisi risetnya di tengah krisis ekonomi melanda berbagai negeri di dunia, termasuk Eropa dan tidak terlepas Jerman. Tulisan berikut ini membahas bagaimana kecerdasan sistem transparansi keuangan mampu memudahkan periset dalam pelaporan yang terintegrasi secara nasional sekaligus mencegah penyelewengan.  Mungkinkah kita (mau) belajar?

Apakah benar sistem laporan keuangan kita dibuat seolah semua orang adalah maling, sampai terbukti bukan, dengan segala tumpukan administrasi dan verifikasi berlapis? Pertanyaan ini kerap muncul, terutama dari para peneliti yang harus bergulat bukan saja dengan hipotesis dan data eksperimen, tapi juga dengan kuitansi, surat tugas, notula rapat, dan lembar pertanggungjawaban yang nyaris tak berkesudahan.

Dalam dunia riset yang menuntut kelincahan, kebaruan, dan ketepatan waktu, sistem pelaporan keuangan sering terasa seperti jerat yang memperlambat bahkan mematikan semangat. Tak jarang, energi yang seharusnya dicurahkan untuk menulis jurnal internasional justru terkuras untuk mengurusi selisih harga hotel atau kehilangan boardingpass. Semua karena sistem menganggap bahwa transparansi hanya sah jika dibuktikan secara administratif, dan kejujuran pun harus dibuktikan di atas kertas.

Sistem ini mungkin lahir dari pengalaman panjang tentang potensi penyalahgunaan dana publik dan tuntutan akuntabilitas yang tinggi. Prinsip dasarnya sederhana: bukan karena semua orang berniat curang, tapi karena sistem harus dirancang agar kuat sekalipun jika ada yang ingin curang. Masalahnya, dalam praktiknya, filosofi ini sering membebani orang-orang jujur lebih berat daripada menjerat pelaku sebenarnya. Bagaimana di Jerman?

Sistem Pelaporan Keuangan Riset

Saya ingin membagikan satu pengalaman pribadi yang mungkin terlihat sepele, tetapi justru menunjukkan kedalaman dan kerapihan sistem riset di Jerman: yaitu sistem pelaporan keuangan proyek riset.

Sebagai mahasiswa program doktoral awal 2000an, saya menjadi bagian dari tim riset di Technologiezentrum Wasser (TZW) di Karlsruhe. Saya tidak hanya terlibat dalam eksperimen dan penulisan laporan, tetapi juga beberapa kali diajak ikut dalam rapat evaluasi oleh pembimbing saya yang juga memimpin proyek tersebut. Dalam rapat-rapat itu, kami bukan hanya membahas progres riset, tapi juga diperlihatkan secara transparan bagaimana alokasi dan sisa dana proyek kami.

Lewat sistem komputerisasi, semua anggota tim bisa langsung melihat detail anggaran secara real-time: berapa dana yang sudah digunakan untuk kode-kode akun seperti alat laboratorium, publikasi, untuk tenaga Hiwi, bahkan untuk perjalanan dinas. Tidak perlu mencari kwitansi satu per satu atau membuat laporan manual yang menyita waktu. 

Profesor kami juga tidak repot bolak-balik mengurusi administrasi anggaran; sistemnya sudah dirancang agar efisien, namun tetap akuntabel. Dan kami tahu betul bahwa semua laporan keuangan ini mudah dilaporkan atau bahkan terhubung dengan sistem perpajakan negara bagian. Tidak perlu khawatir pajak berganda. 

 Yang paling mengesankan bagi saya: meskipun saya "hanya" seorang mahasiswa doktoral, saya tetap dianggap bagian dari tim dan diberi akses informasi yang biasanya hanya diketahui manajer proyek. Hal ini membuat kami semua merasa memiliki proyek tersebut, bukan sekadar menjalankan perintah dari atasan. Budaya keterbukaan ini bukan cuma etika ilmiah, tapi bagian dari sistem yang memang dirancang untuk inklusif dan kolaboratif. "Trust is good, control is better." — sebuah adagium populer di Jerman (Vertrauen ist gut, kontrol ist besser) sepertinya menjadi pegangan di sana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun