Catatan PerjalananÂ
Bukit Matang Kaladan -- Menyapa Langit di Atas Riam Kanan
Pagi itu matahari baru naik malu-malu di balik pepohonan. Kabut tipis masih menempel di dedaunan ketika kami mulai menapaki jalan setapak menuju Bukit Matang Kaladan, yang terletak di Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar. Dari Martapura, jaraknya sekitar satu jam perjalanan --- tidak jauh, tapi cukup membuat punggung terasa kalau belum sarapan kopi.
Mobil kami berhenti di tepian Waduk Riam Kanan. Angin lembut dari air membuat suasana adem. Di depan sana, bukit-bukit hijau berjajar seperti dinding alam. Seorang warga yang kami temui bilang pelan, "Naik pelan aja, pak... di atas indahnya bikin lupa capek."
Dan memang benar.
Jalur pendakian Matang Kaladan bukan panjang, tapi lumayan menanjak. Beberapa titik agak licin karena embun pagi, tapi suasananya tenang --- cuma suara burung, desir angin, dan langkah kaki di tanah lembab. Di beberapa tikungan, mulai tampak permukaan waduk yang tenang, memantulkan langit yang biru muda.
Begitu sampai di puncak, rasanya semua lelah langsung hilang. Pemandangan 360 derajat terbentang di depan mata: air Riam Kanan berkelok di antara pulau-pulau kecil hijau, dikelilingi perbukitan yang berlapis-lapis sampai ke ufuk. Sungguh seperti miniatur Raja Ampat di jantung Kalimantan Selatan.
Kami duduk di atas batu besar, membuka bekal air mineral dan sepotong roti. Tak ada musik, tak ada riuh, cuma alam yang bicara lewat keheningan. Angin dari lembah meniup pelan, membawa aroma daun basah dan kayu hutan.
Di bawah sana, Waduk Riam Kanan bukan sekadar indah --- ia juga punya cerita. Waduk ini dibangun sejak era 1970-an, untuk kebutuhan listrik dan irigasi. Tapi seiring waktu, ia menjelma jadi ikon wisata alam Banjar. Banyak warga setempat yang mengandalkan wisata ini untuk kehidupan sehari-hari: jadi pemandu, penjaga warung, atau tukang ojek yang mengantar wisatawan ke kaki bukit.
Sore menjelang, cahaya matahari berubah keemasan, memantul di air dan pepohonan. Dari atas sini, waktu terasa berhenti. Saya teringat pesan almarhum bapak:
"Kalau kamu rindu rumah, pergilah ke tempat tinggi. Dari sana kamu akan lihat betapa kecilnya dunia, tapi luasnya kenangan."
Dan di Bukit Matang Kaladan, kata-kata itu terasa benar. Pulang kampung bukan hanya soal jarak --- tapi tentang menapaki kembali jejak yang pernah ditinggalkan.
Aktivitas Seru
- Menikmati panorama dari puncak: Waduk Riam Kanan terlihat seperti lukisan hidup.
- Camping di puncak: Malam di bawah langit berbintang, udara sejuk, dan suara alam jadi soundtrack alami.
- Fotografi alam: Spot foto favorit ada di gardu pandang. Waktu terbaik? Saat matahari terbit atau tenggelam.
- Trekking dan petualangan: Jalur naiknya bikin jantung deg-degan, tapi pemandangan sepanjang jalan bikin semangat tetap on.
- Eksplorasi Waduk Riam Kanan: Bisa lanjut naik perahu ke Pulau Pinus atau Pulau Bukit Batas.
Tiket dan Jam Operasional
- Tiket masuk: Rp 5.000
- Spot foto: Rp 5.000
- Parkir motor: Rp 5.000 | Mobil: Rp 10.000
- Jam buka: Setiap hari, pukul 06.00--18.00.
Sedikit Catatan Lokasi
- Nama: Bukit Matang Kaladan
- Lokasi: Desa Tiwingan Lama, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan
- Akses: Sekitar 1 jam dari Martapura, lanjut jalan kaki 20--30 menit
- Daya tarik: Panorama Waduk Riam Kanan, sunrise & sunset spot, suasana alami tanpa polusi
- Fasilitas: Parkir, warung warga, ojek lokal, area foto di puncak
Bukit ini bukan sekadar tempat selfie, tapi tempat untuk menenangkan diri. Di sini, ombak angin dan kabut pagi seolah bercerita bahwa alam Kalimantan punya cara sendiri untuk membuat kita pulang --- bukan ke rumah, tapi ke hati yang tenang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI