Seri Artikel "Epic Trip Jawa Tengah"
Destinasi  35 :  0 KM Cemoro KandangÂ
Setelah puas berkeliling di Bukit Sekipan, kami melanjutkan perjalanan ke arah atas menuju kawasan Cemoro Kandang, salah satu titik favorit para pendaki dan wisatawan yang ingin menikmati udara pegunungan secara lebih dekat.
Tujuan kami sederhana: beristirahat sejenak di titik 0 KM Cemoro Kandang, menikmati dinginnya udara Lawu sambil berfoto dan menyeruput kopi panas.
Perjalanan Menuju Cemoro Kandang
Jalan dari arah Tawangmangu menuju Cemoro Kandang berliku-liku dan menanjak tajam, tapi justru di situlah keindahannya. Di kiri-kanan jalan, hutan pinus tumbuh rapat, menciptakan suasana seolah kami sedang melintasi lorong hijau raksasa.
Kabut tipis mulai turun meski masih siang, membuat pandangan hanya beberapa meter ke depan. Udara dingin menusuk lembut ke kulit, tapi rasanya menyegarkan --- khas udara di ketinggian lebih dari 1.800 meter di atas permukaan laut.
Sesekali kami berhenti sebentar di pinggir jalan, hanya untuk menikmati pemandangan lembah dan menatap jauh ke arah perbukitan. Alam di sini seolah masih menyimpan ketenangan yang sulit ditemukan di tempat lain.
Tiba di Titik 0 KM
Akhirnya, kami sampai di titik 0 KM Cemoro Kandang, yang juga dikenal sebagai gerbang pendakian Gunung Lawu dari sisi Karanganyar. Sebuah tugu kecil bertuliskan "0 KM" berdiri di pinggir jalan, menjadi penanda penting bahwa dari sinilah jalur pendakian resmi dimulai. Banyak kendaraan berhenti di area ini, entah untuk berfoto, beristirahat, atau sekadar menikmati udara dingin yang menusuk.
Kami pun memarkir kendaraan dan duduk sebentar di warung kecil di tepi jalan. Asap tipis dari dapur kayu bakar menguar ke udara, bercampur aroma kopi dan gorengan hangat.
Secangkir kopi hitam dan sepiring tempe goreng terasa luar biasa nikmat di tengah hawa dingin yang membuat napas keluar seperti asap.
Momen Foto dan Keheningan
Setelah badan kembali hangat, kami menyempatkan waktu untuk berfoto di sekitar area 0 KM. Kabut turun makin tebal, menutupi sebagian latar belakang hutan pinus --- justru menciptakan suasana yang dramatis di setiap jepretan.
Senyum anak-anak tertutup sedikit oleh napas putih mereka, sementara istri saya sibuk menyiapkan pose di depan tugu kecil itu.
Tak jauh dari sana, terlihat beberapa pendaki yang baru turun dari Lawu, wajah mereka lelah tapi bahagia. Dari ekspresi mereka, saya seperti bisa merasakan kedamaian yang hanya bisa didapat dari perjalanan panjang di gunung.
Cemoro Kandang: Bukan Sekadar Titik Nol
Bagi sebagian orang, tempat ini mungkin hanya sekadar pemberhentian singkat sebelum atau sesudah mendaki. Tapi bagi kami, Cemoro Kandang punya daya tenang yang unik.
Suara angin, kabut yang menari, dan pemandangan lembah di kejauhan menciptakan keheningan yang menenangkan pikiran.
Sesaat kami hanya diam, menikmati setiap hembus udara dan suara alam yang terdengar pelan --- sesuatu yang jarang bisa didapat di tengah hiruk-pikuk kota.
Penutup
Kami menghabiskan hampir satu jam di 0 KM Cemoro Kandang sebelum akhirnya turun kembali ke arah Tawangmangu.
Di perjalanan pulang, jalan berkabut dan hawa dingin membuat suasana makin syahdu.
Perjalanan kali ini bukan hanya soal tempat yang dikunjungi, tapi juga tentang momen-momen kecil di antara perjalanan --- duduk minum kopi di pinggir jalan, tertawa sambil berfoto di udara dingin, dan menikmati waktu tanpa tergesa.
Cemoro Kandang mungkin hanyalah titik nol di peta pendakian,
tapi bagi kami, di sanalah perjalanan justru terasa lengkap.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI