Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dubai #14

8 November 2019   09:21 Diperbarui: 8 November 2019   09:30 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Dubai

Tidak ada seorangpun yang membayangkan Dubai yang dahulu sebuah gurun pasir yang luas akan menjadi seperti ini, dahulu kehidupan masyarakat disini adalah nelayan yang menempati rumah kecil disepanjang sungai. Disinilah Maktoum bin Butti dari suku Bani Yas memimpin orang-orangnya ke semenanjung Shindagha di muara Dubai Creek tahun 1883, yang akhirnya menetap disana dan mendeklarasikan kemerdekaan kota itu dari Abu Dhabi, sampai saat ini dinasti Makthoum masih berkuasa di Dubai.

Ini adalah kali pertama bagi Monik, ibu dan bapaknya menginjakan kaki disini, melihat bagaimana besar dan rapinya penataan airport, menuju keluar saja mereka berganti dua kali kereta, petugas yang ramah dan rapi, semua sudah tertata dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, semua berjalan sesuai dengan prosedur yang ada, bandara ini melebihi sebuah mall, sangat menakjubkan.

Bandar udara Dubai banyak memiliki area yang seru untuk di jelajahi, disepanjang perjalanan mereka menuju keluar bandara, ada arena bermain anak, ada taman, ada tempat untuk mandi, gym, spa, kolam renang, menyengkan sekali, dan memiliki hampir 30.000 meter persegi tempat-tempat untuk berbelanja.

"Indah sekali ya, Mon."Kata bapak

"Ia pak, ini Monik rekam semua dan foto-foto." Kata Monik

"Kita nanti keliling semua ya pak." Kata Monik

"Ya, terserah kak, Jarot."Kata bapak

"Kak, Jarot." Kata Monik terbelalak matanya

Bapak sedikit kaget, karena kelepasan bicara

"Bapak tadi bilang kak Jarot, berarti selama ini bapak tahu keberadaan kak Jarot, kenapa bapak tidak cerita ke Monik." Air mata mengalir di pipi Monik

Bapak diam merasa bersalah, karena kelepasan bicara, keadaan hening sejenak karena mereka sudah berada di pintu keluar, mereka dan penumpang yang lain berjalan menuju para penjemput yang menunggu di pintu keluar, terlihat seorang penjemput, dengan berewokan, tersenyum kearah Monik, bapak dan ibu, spontanitas Monik melepas dua tas yang dia pegang, tas miliknya sendiri dan tas ibunya, dia berlari kecil kearah Jarot, dipeluknya, dan dipukul-pukulnya Jarot seraya berucap."Jahat....Jahat..."Sambil terus memeluk Jarot, Jarot membiarkan monik memukulinya dan memeluknya, diapun membalas pelukan adiknya semata wayang ini.

Setelah puas, Monik melepaskan pelukannya, dia menghapus air matanya dengan tissue yang ada di kantong bajunya, kini giliran ibu melepas kerinduan dengan Jarot, dipeluknya Jarot agak lama, setelah itu dia lepaskan untuk memberikan kesempatan kepada bapak untuk melakukan hal yang sama.

Setelah puas melepas rindu semua, Jarot membawa tas bapak dan ibunya, Monik membawa tasnya sendiri, mereka berjalan menuju tempat menurunkan dan menaikan penumpang, di sepanjang perjalanan Monik masih memukul mukul pundak Jarot dengan tangan kanannya, tangan kirinya menggeret traveling bag miliknya.

Tidak lama mereka menunggu, datang mobil penjemput, supirnya langsung turun, membuka bagasi, dan menaikan barang-barang bawaan semua, Jarot membukakan pintu tengah untuk, bapak, ibu dan Monik, setelah mereka naik, Jarot menutupnya lantas dia membuka pintu depan dan langsung masuk.

"Kita makan dulu, pak Jufri."Kata Jarot

"Siap,pak."

"Bapak, ibu, Monik kenalkan ini pak Jufri, orang dari Sukabumi yang menemani Jarot selama di Dubai ini."

"Pak Jufri juga bekerja di perusahaan ini, anak dan istrinya ada di Sukabumi, setahun sekali pulang pas lebaran."Jelas Jarot

"Salam kenal, bapak,ibu, teteh."Kata Jufri memperkenalkan diri.

Jarot memperhatikan dari kaca spion dalam ke belakang, tatapanya pas ke Monik yang memang sepertinya menunggu kesempatan itu, dari sorot matanya banyak yang ingin Monik tanyakan, Jarot segera memandang kelain.

"Bapak dan ibu, Monik bagaimana khabarnya."

"Baik."kata bapak dan ibu bersamaan

"Sakit hati."Jawab Monik seraya melihat ke spion dalam berharap Jarot melihat kesitu juga.

Jarot sedikit menggeser tempat duduk agar bisa menoleh kebelakang, dia ingin memegang pipi Monik dengan tangan kanan, Monik menarik mundur mukanya dan menepis tangan Jarot, bapak dan ibu terlihat membiarkan saja, mereka mengerti bagaimana perasaan Monik saat ini.

"Arian dan Winda bagaimana kabarnya,pak."

"Alhamdulillah mereka sekarang sudah mulai bahagia, sudah mulai ceria lagi setelah empat tahun lebih kepergiaan mu, mereka sekarang hanya sebulan sekali ke rumah, masih sering menanyakan keberadaan mu."Jawab bapak

"Syukurlah kalau begitu."

Suasana hening sejenak, tidak berapa lama kendaraan memasuki sebuah restoran, sebuah restoran masakan padang pasir, seperti sedang makan di sebuah istana, pemandanganya laut dan melihat gedung tertinggi di dunia "Burj Khalifa"

Setelah sampai di parkiran, semua pada turun dari mobil."Saya baru saja tadi makan di kantor, mohon maaf saya tidak ikut makan."Kata Jufri

"Kalau gitu minum saja pak, ikut masuk kedalam."Kata Jarot

"Saya mau lihat-lihat di mall sebelah saja pak, nanti sekitar satu jam setengah saya menunggu di mobil."Kata Jufri

Mereka berempat memasuki restoran, mencari tempat paling pojok, untuk melihat pemandangan yang sangat menawan, dan menikmati makanan khas padang pasir.

Bogor, 08112019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun