Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi "Mata" buat Ibu (Perjalanan Haji #4)

28 Agustus 2019   20:32 Diperbarui: 28 Agustus 2019   20:45 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suara azan magrib masih menggema di sepanjang jalan dari hotel menuju masjid Nabawi, tepat memasuki pintu pagar gerbang masjid Nabawi nomor 16, terlihat seorang pemuda dengan tekun dan pelan mendorong kursi roda yang diduduki oleh seorang ibu, yang maaf (tidak melihat /buta),  entah apakah ibu itu bisa berjalan atau tidak.

Sipemuda bicara dalam bahasa yang tidak saya mengerti namun dari mimik dan ekspresi yang di perlihatkan sedikit dapat menebak dan mengerti pembicaraan mereka, dari tanda pengenal yang digunakan si pemuda dan si ibu terlihat mereka adalah jamaah haji dari Aljazair, beriringan berjalan menuju tempat sholat wanita, ternyata si pemuda adalah anak lelaki dari si Ibu tersebut, si pemuda menjelaskan kepada Ibunya yang duduk di kursi roda tentang keadaan dan keindahan masjid Nabawi, si Ibu tersenyum, dan menoleh ke kanan dan kekiri seolah apa yang dilihat oleh si pemuda dia merasakannya, dia memandang ke indahan masjid Nabawi dengan mata hati yang paling dalam melalui anaknya.

Di sentuhnya Ibunya dengan lembut, setelah mereka berjejer dengan jamaah wanita lain dari berbagai negara di pelataran masjid Nabawi, bersimpuh dia di hadapan ibunya, diciumnya dengan lembut kedua tangan ibunya, diciumnya pipi kiri dan pipi kanan serta kening ibunya dengan lembut, diceritakanya tentang keadaan sekitar, siapa-siapa yang berada di dekat ibunya.

Selanjutnya si pemuda bergegas untuk bergabung dengan jamaah lelaki untuk bersiap-siap melaksanakan sholat magrib secara berjamaah.

Benderang lampu di pelataran masjid Nabawi  menyambut datangnya malam, si pemuda kembali bergegas menuju tempat ibunya yang tadi di tinggalkannya, diciumnya kembali Ibunya, diciumnya lagi kedua tangan ibunya, diceritakannya tentang indahnya lampu di pelataran masjid Nabawi,.......si ibu tersenyum mendengar cerita anaknya, perlahan mereka meninggalkan aku yang tetap berdiri kaku, iri hati ini melihat si pemuda, begitu berbakti kepada ibunya.

Andai aku masih memiliki Ibu, wajah ibu saja aku tidak bisa membayangkan, karena saat Ibu meninggal aku masih kecil, belum mengerti apa-apa.

Saudaraku yang masih memiliki Ibu, Kapan kita selalu berkata lembut kepada Ibu kita ?

Kapan kita terakhir mencium ibu kita ?

Kapan kita terakhir menyenangkan Ibu kita ?

Ibu yang berjuang dengan sepenuh jiwa raga untuk melahirkan, membesarkan dan mendidik kita........kapan kita terakhir membahagiakan beliau ????

Semoga si pemuda dan si Ibu menjadi haji yang mabrur,.....dan saya memohon kepada Allah semoga menjadi haji yang mabrur pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun