"Saya sholat di Masjid IPB, ada apa ya bu ?"
"Ada yang perlu ibu omongkan, dengan Pak Catur sama pak Ilos."
"Baik bu, nanti saya ijin makan dulu, bang Ilos nanti saya hubungi, sekitar jam dua siang, saya dan bang Ilos ke rumah ibu."
"Baik, Ibu tunggu ya, terima kasih."
Catur menghubungi Ilos melalui handphonenya, dan janjian untuk bertemu di rumah Ibu bos paling lambat jam dua siang, Catur juga bilang ke Ilos kalau dia makan dulu diluar baru nanti datang sendiri ke rumah ibu bos.
Terdapat empat orang yang duduk di rumah makan sederhana, Catur memesan otak dan rendang, menikmati makanan yang ada, Â sesekali dia melihat ke pengamen jalanan yang hilir mudik di depan rumah makan sederhana ini.
Walaupun dengan sedikit terburu-buru makannya namun Catur masih menikmati kelezatan masakan padang di rumah makan sederhana ini, ia juga belum mengerti ada ibu bos memanggilnya dan Ilos, bukan Bu Dita, mungkin bukan masalah kantor, ada hal lain fikir Catur.
Ilos telah menunggu di ruang tunggu tamu rumah ibu bos, sendiri dia disitu, dan dia keluar dari ruang tamu begitu melihat Catur memasuki halaman dengan motor Karismanya. "Sudah lama ?" Â sambil membuka helm Catur bertanya kepada Ilos." Barusan pak, sekitar lima menit yang lalu, tapi saya belum ketemu ibu, tadi si mbok yang bukakan pintu." Jelas Ilos
"Ada apa ya pak ?" tanya Ilos
"Saya juga ngerti, kita tunggu Ibu saja," kata Catur seraya mereka berdua masuk keruang tamu.
Selang beberapa lama, terlihat ibu keluar dari kamar, masih mengenakan mukena, entah habis sholat atau mengaji.
"Ibu kabarnya gimana ?" Kata Catur memulai pembicaraan bersamaan dengan menyalami Ibu bos, yang diikuti Ilos ikut bersalaman. "Alhamdulillah, Ibu dan adik-adik baik, Cuma masih sering keingatan almarhum bapak."