Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Akhir Masa Iddah Awal Masa Gundah (Episode 17)

19 Mei 2019   14:38 Diperbarui: 19 Mei 2019   14:57 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tidak jauh dari Masjid Alumni IPB di Botani Square -- ketika satu persatu jemaah mulai keluar dan menuruni anak tangga dari pintu masuk, di salah satu sudut Masjid duduk dua orang anak, sepertinya kakak beradik, sedang asyik menghitung jumlah uang receh yang didapat dari pemberian orang yang lalu lalang di trotoar halaman Masjid, apabila ada uang kertas didalam kantongan tersebut, anak yang menghitung receh tersebut menyerahkannya kepada anak yang ada di sebelahnya, begitu terus berulang ulang, sampai semua uang yang ada di dalam kantong tersebut habis.

Dihitungnya lembaran kertas yang agak lusuh, dirapikannya dengan tangannya, menyusunnya dan mengelompokan dengan besaran yang sejenis, sianak yang besar terlihat menghitung satu-persatu lembaran tersebut, entah berapa jumlahnya, terlihat sianak yang besar mengeluarkan sesuatu dari dalam tas ransel yang kelihatan sudah kumuh, terdapat beberapa robekan dikedua sisinya, dia mengeluarkan sebuah dompet, yang juga kelihatan sudah kumuh, dompet dari kain. Dimasukannya secara perlahan uang yang sudah tersusun rapi, dipandangnya anak yang duduk disebelahnya.

Rupanya ini semacam kode, si anak yang kecil langsung meraup uang receh di depannya, dan memasukannya ke dalam kantongan plastik kecil tanpa menghitungnya terlebih dahulu dan memasukan ke dalam ransel, terlihat mereka menghadap kiblat, mengangkat kedua tangannya, entah do`a apa yang mereka panjatkan. Tidak berselang lama terlihat mereka usapkan ke muka mereka, dan beranjak keluar dari masjid, persis seperti yang dilakukan jamaah yang lebih dulu keluar dari masjid.

Selepas satu hari cuaca cerah, Catur mampir dulu Sholat Zuhur di Masjid Alumni IPB ini, walau dia sudah masbuk, sesampai di dalam Masjid dia tetap mencoba mencari, apa masih ada yang belum melaksanakan sholat, agar mereka bisa berjamaah.

Celingak-celinguk Catur memandang sekeliling, tidak ada satupun, karena memang sudah pukul 13.05, akhirnya dia sholat sendiri.

Nada getar di saku celana terasa oleh Catur, padahal sholat yang dia laksanakan baru dua rakaat, kembali terasa nada getar di celana untuk yang ketiga kalinya, tetap didiamkan oleh Catur, karena memang belum selesai melaksanakan Sholat.

Tanpa zikir, setelah salam Catur mengambil handphone dari saku celananya, dilihatnya panggilan tak terjawab sebanyak dua kali, keduanya panggilan dari Ibu bos. Diletakkannya handphone di depan dia bersimpuh, dia berdo`a untuk beberapa saat, setelah selesai baru dia menilpun balik Ibu bos.

"Assalamualaikum bu, maaf tadi sholat, ada apa bu.?

"Maaf kalau ibu mengganggu."

"Tidak, bu."

"Catur bisa kerumah sekarang berdua sama pak Ilos."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun