Mohon tunggu...
Meirna Fatkhawati
Meirna Fatkhawati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menyukai dunia menulis || "sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lain" || Salam Literasi || silahkan berkunjung www.mirnaaf.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Surat Cintaku yang Tak Berbalas

17 Januari 2019   21:25 Diperbarui: 17 Januari 2019   21:26 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat pengumuman UAN, ku lihat ada namaku. Alhamdulillah aku lulus. Begitu juga dengan Yuli dan Ayu. Sekolahku memiliki tingkat kelulusan 100%. Setelah pengumuman UAN, aku dan teman-teman bersiap menempuh pendidikan selanjutnya. Aku mendaftar ke salah satu PTN di Jawa Tengah.  Pasalnya, untuk masuk ke PTN tersebut membutuhkan nilai yang tinggi.  Maka aku berusaha keras. Bimbel setiap hari.  Saat sampai di rumah pun belajar lagi. Membeli buku tips ampuh lolos SNMPTN, dan juga buku soal latihan ujian. Hampir setiap hari aku begadang. Mata lelah dan ngantuk tak dihiraukan.

Aku percaya bahwa usaha tidak akan mengkhianati. Syukurnya, aku diterima di PTN tersebut. Universitas yang aku impikan. Senang tak terkira. Jadilah aku sebagai mahasiswa perantau. Mahasiswa kost-kostan.

Kenyataannya menjalani kehidupan pada SMA dan kuliah jauh berbeda. Terlebih lagi aku tidak satu atap dengan orang tua. Semuanya serba mandiri. Aku sendiri di kota ini. Jauh dari orang tua dan terkadang aku merasa kesepian.  Agar tak kesepian, aku banyak mencari teman. Aku juga masih berkeinginan memiliki pacar.  Aku berandai-andai bagaimana jika aku punya pacar di masa kuliah? Bagaimana ya rasanya dekat dengan cowok. Kalau berangkat kuliah bisa diantar jemput. Mengerjakan tugas kuliah bersama. Makan malam bersama. Malam minggu punya acara kencan dengannya. Kalau pergi jalan-jalan bisa bareng sama dia. Dan masih banyak kegiatan lainnya yang bisa dilakukan bareng pacar.  Bisa pamer sama teman-teman SMA. Pasti rasanya menyenangkan, begitu pikirku.  

Pada awal semester, mahasiswa baru diwajibkan untuk mengikuti mentoring. Aku pun senang mengikuti mentoring. Punya teman baru dan senior yang sangat baik. Pada suatu hari di salah satu pertemuan mentoring membahas tentang pacaran dan bagaimana islam mengatur komunikasi dengan lawan jenis. Islam mengajarkan bahwa kita harus menjaga aurat dan pandangan kita dari lawan jenis. Jika begitu pacaran tidak boleh dong? Awalnya aku kecewa. Agak sulit buatku menerapkannya dalam kehidupan. Aku masih ingin berteman dengan banyak lawan jenis. Aku masih ingin punya pacar di masa kuliahku. Ingin bersenang-senang seperti kebanyakan teman-temanku.

Seiring waktu berjalan, semakin sering pula aku merenung. Aku banyak bertanya ke pementorku. Kalau begini bagaimana. Tapi aku ingin ini. Banyak keinginanku yang bertolak belakang dengan perintahNya. Aku bimbang dan galau. Kadang teman-teman di kelompok mentoring bercerita tentang pengalamannya selama berpacaran.  Sering dikecewakan, banyak waktu yang terbuang, tugas berantakan, dll. Banyak kerugian yang didapat daripada keuntungan. Aku membaca beberapa buku islam tentang pacaran. Juga bertanya jika ada hal yang tidak aku mengerti. Aku juga pernah iseng ikut kajian karena dekatnya jarak antara kosku dengan masjid. 

Saat tak sengaja menghadiri kajian di masjid dekat kosku, aku termenung. Pada saat itu membahas surat Al-Isra ayat 32 yang berbunyi "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk".

Pelajaran yang bisa ku ambil adalah tentang berpacaran. Bahwa pacaran termasuk perbuatan zina dan dilarang oleh Allah. Mendekatinya saja dilarang, apalagi melakukannya. Kalau berpacaran pasti ada kegiatan dimana bisa berdua-duaan, pegangan tangan, mengelus rambut, mencium pipi, bibir, dan mungkin bisa lebih dari itu. Setan lah yang menghasut mereka melakukan hal tersebut. Naudzubillah. Chatting di sosial media apalagi chat personal pun termasuk ber-khalwat (berduaan dengan lawan jenis).

Pada kajian tersebut, aku mendapat ayat "Perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik pula". Jodoh adalah cerminan dari diri.  Setelah dipikir-pikir ternyata ada benar juga. Aku mencoba menerapkan hal tersebut. Aku pun berusaha memperbaiki diri. Aku mengikuti beberapa kegiatan seputar keagamaan seperti mentoring, pengajian dan ikut Rohis.

Aku sadar bahwa aku tidak ingin pacaran dan bertekad menjadi jomblo yang berprinsip yaitu jomblo sampai halal.  Jika teman-teman yang lain sudah pernah pacaran,  sedangkan aku belum pernah sama sekali. Aku tak merasa risau. Yang ku lewatkan hanya dosa saja kok, sedangkan yang lainnya sudah melakukan dosa. Mungkin Allah sengaja tidak memberiku kesempatan pacaran ya karena Allah sayang sama aku. Aku tidak berkesempatan mencicipi cinta yang salah.

Jodoh itu sudah ada yang ngatur. Tidak perlu repot tebar pesona ke lawan jenis. Jodoh sudah disiapkan oleh Allah. Lebih baik kita sibukkan diri dengan perbaikan diri, agar pantas mendapatkan yang terbaik. Semoga aku bisa istiqomah tidak pacaran sampai ijab kabul terucap. Jomblo sampai halal? Siapa takut? ^^

Sumber gambar :

www.herworld.co.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun