Mohon tunggu...
Miranda Syifa Iwanovic
Miranda Syifa Iwanovic Mohon Tunggu... yok

sanemi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pra-Mataf UNISA Yogyakarta Hari Kedua: Melangkah Lebih Dekat ke Dunia Perkuliahan

13 September 2025   15:08 Diperbarui: 13 September 2025   15:36 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari kedua Pra-Mataf Universitas Aisyiyah Yogyakarta suasana yang saya rasakan sedikit berbeda dibandingkan hari pertama. Kalau pada hari pertama kegiatan lebih santai, dengan berbagai penampilan dari perwakilan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Namun, pada hari kedua sedikit lebih serius karena diisi dengan pemaparan berbagai materi dari pihak Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Ada tiga pemateri yg menyampaikan materi tersebut, diantaranya

1. Arif Nur Kholis
Beliau membahas tema kebencanaan dengan menekankan bahwa bencana bukan hanya tentang kejadian alam, tapi juga tentang kesiapan manusia dalam menghadapinya. Dalam konteks ini, beliau menyebutkan bahwa Indonesia telah mengalami 2.170 kejadian bencana alam sejak Januari hingga Agustus 2025, dengan jenis bencana yang beragam. Oleh karena itu, kesiapsiagaan individu sangat penting, terutama dalam situasi gempa di mana penyelamatan pertama bergantung pada diri sendiri, keluarga, dan tetangga, dengan kemungkinan tim SAR menolong hanya sekitar 1%.  

Untuk meningkatkan kesiapsiagaan, Bapak Arif memperkenalkan aplikasi InaRISK yang dapat digunakan untuk mendeteksi potensi ancaman bencana. Selain itu, beliau juga memberikan solusi untuk rumah yang tidak tahan gempa, yaitu dengan melakukan retrofit atau bahkan membangun ulang dengan struktur yang lebih kuat. Beliau juga sempat mengulas perjalanan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang sejak tahun 1917, Muhammadiyah sudah aktif dalam bidang kebencanaan melalui tim Penolong Kesengsaraan Umum (PKO), dan MDMC resmi berdiri pada 2007.

2. Dr. Komarudin, M.Psi., Psikolog
Pemateri kedua adalah Bapak Dr. Komarudin, dosen Psikologi Universitas Aisyiyah Yogyakarta, yang membawakan materi mengenai kesehatan mental mahasiswa. Dengan menekankan bahwa sehat mental berarti mampu mengatur emosi, berpikir jernih, dan menjaga hubungan sosial dengan baik. Namun, mahasiswa sering mengalami stres dan kecemasan akibat tuntutan akademik, tanggung jawab, dan persoalan pertemanan.

Beliau menjelaskan gejala stres dapat berupa mudah tersinggung, menarik diri, dan kehilangan semangat. Dan untuk mengatasinya, ada dua cara: menyelesaikan sumber masalah secara langsung atau mengelola dampak emosinya. Beliau juga menyoroti pentingnya mengenali tanda-tanda depresi, seperti rasa sedih yang mendalam dan hilangnya minat terhadap aktivitas sehari-hari, agar mahasiswa dapat segera mencari bantuan.

Pada sesi tanya jawab, ketika mendapat pertanyaan "Mengapa banyak orang yang mengalami stress melakukan self-harm?", Bapak Dr. Komarudin menjawab, dengan menekankan bahwa setiap orang memiliki cara berbeda dalam bereaksi, ada yang pasif (seperti self-harm) dan ada juga yg agresif (melakukan perilaku beresiko). Dan pendekatan yang tepat untuk mereka yang cenderung pasif adalah dengan memberikan dukungan secara perlahan, penuh empati, dan tanpa tekanan.

3. Bayu Wiwoho, S.Sos., M.M.
Pemateri terakhir, Bapak Bayu Wiwoho, membahas mengenai BPJS. Beliau menegaskan bahwa Universitas Aisyiyah Yogyakarta bertanggung jawab penuh terhadap mahasiswa yang mengalami kecelakaan selama kegiatan akademik, baik saat praktik, Kuliah Kerja Nyata (KKN), maupun kegiatan lapangan lainnya. Bahkan setelah lulus, mahasiswa tetap menjadi bagian dari tanggung jawab universitas.

Dalam sesi tanya jawab, mahasiswa bertanya, “Apakah pelayanan BPJS sama dengan non-BPJS?” Bapak Bayu Wiwoho menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk membedakan pengguna BPJS dan non-BPJS, apalagi merasa malu sebagai pengguna BPJS. Karena, kualitas pelayanan yang diberikan kini sudah setara, bahkan bisa dikatakan menyerupai layanan VVIP. Hal ini wajar, karena pengguna BPJS rutin membayar iuran setiap bulan dan berhak mendapatkan fasilitas terbaik.


Menurut saya, secara keseluruhan pada hari kedua Pra-Mataf ini tidak hanya memperkaya wawasan mahasiswa baru, tetapi juga menanamkan kesadaran penting tentang kesiapsiagaan bencana, kesehatan mental, dan perlindungan kesehatan. Meski suasana lebih serius dibandingkan hari pertama, namun materi yang disampaikan sangat terasa bermanfaat karena dekat dengan kehidupan nyata dan bisa menjadi bekal berharga bagi mahasiswa dalam menjalani kehidupan perkuliahan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun