Mohon tunggu...
Mira Miew
Mira Miew Mohon Tunggu... ASN di Purwakarta yang jatuh hati dengan dunia kepenulisan dan jalan-jalan

Menulis adalah panggilan hati yang Tuhan berikan. Caraku bermanfaat untuk orang banyak adalah melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jeda yang Bermakna, Memeluk Diri Lebih Utuh

19 Mei 2025   15:57 Diperbarui: 20 Mei 2025   10:49 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati waku berkuliner sambil melihat aktivitas manusia dari balik jendela. Foto: dokumentasi pribadi

Jum’at, 15 Mei 2025

Tetiba diri seperti merengek ingin diajak menyepi setelah hingar bingar waktu yang tergerus karena padatnya kegiatan dan pikiran yang tak tentu arah bahkan diluar batas nalar. Kondisi fisik yang belum baik-baik saja bahkan Dokter pun memberi surat istirahat seakan tak mampu membendung untuk pergi menyepi.

Mendadak membeli tiket kereta dan mendadak pula memesan tempat penginapan yang harganya murah karena promo. Pengeluaran tak terduga ini seakan tak ada artinya ketika mengetahui ada yang lebih berarti lagi, mencari jeda untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang hidup yang bermakna dan untuk menyembuhkan mental serta psikis yang sedang tidak baik-baik saja.

Penyakit Mental

Tidak semua orang ternyata memahami penyakit tersebut. Terutama bagi mereka yang memiliki hidup yang sempurna dan tidak pernah mengalami ujian hidup yang berat. Seseorang terlihat sama bagi mereka tanpa mengetahui betapa tidak mudahnya kehidupan yang dijalani dan usaha yang dilakukan untuk menjaga kewarasan mereka.

Sering kali penyakit mental disepelekan dan bagi yang bermental lemah sering kali dijadikan bahan candaan dan menjadi sumber yang layak ditertawakan.

Baperan, gampang emosi, bersikap dan membuat keputusan diluar nalar dan gampang menangis, dimata orang lain seakan menjadi kekurangan dan kesalahan fatal yang harus diperbaiki oleh orang tersebut. Padahal emosi-emosi itu hadir dari pengalaman hidup yang didapatkannya; ditinggalkan, diabaikan, dikecewakan berkali-kali, kekerasan verbal maupun fisik, bahkan kehilangan sosok-sosok yang disayanginya yang berimbas sering kali mental mereka terganggu.

Penyakit mental bisa hadir kepada mereka yang begitu lama memiliki kekosongan akan rasa cinta dan kasih sayang. Tidak ada "rumah" untuk mereka pulang dan berbagi kecuali kepada dirinya sendiri. Keresahan, suka dan duka dijalani sendiri. Segala macam emosi diluapkan dan dirasakan sendiri.

Mereka harus selalu berusaha tetap kuat dan masih punya keinginan untuk tetap hidup.

Padahal selain psikolog, beribadah yang taat serta aktivitas-aktivitas positif yang dijalani, mereka butuh support dari lingkungan terdekatnya bahkan sering kali butuh rangkulan walau hanya untuk meluapkan tangisan emosi mereka. Mereka tidak membutuhkan cercaan, bullyan dari kekurangan dan masalah hidup yang sedang dijalaninya.

Jeda yang Bermakna, Memeluk Diri Lebih Utuh

Pergi untuk menyepi tanpa ada satu orang pun yang mengenali akhirnya menjadi pilihan terbaik daripada di keramaian tetapi tidak ada satupun yang mengerti akan kondisi kesehatan mentalnya. Bukan bersembunyi ataupun lari dari kenyataan tapi karena diri butuh waktu untuk berpikir lebih tenang, berpikir lebih logis hingga menemukan makna dan keputusan terbaik tanpa emosi.

Kamar hotel menjadi tempat awal. Entahlah disaat kondisi sedang tidak baik-baik saja, mencari tempat yang tidak bisa diganggu dan diketahui oleh orang lain adalah hal terbaik. Di kamar yang kedap suara, tangis dan teriakan yang ditutupi oleh bantal seakan menjadi sarana paling tepat untuk mengeluarkan emosi dan isak tangis yang sudah tidak bisa ditahan. Tidak perlu malu ataupun gengsi karena tidak ada satupun orang yang mengetahui saat kamu mengeluarkan emosimu.

Menulis di buku diary menjadi kegiatan kedua. Mencurahkan perasaan dan pikiran yang sedang berkecamuk. Amarah, kecewa, sakit hati, kesedihan tertuang di dalam tulisan tersebut. Entahlah selalu ada rasa tenang ketika kita bisa mencurahkan apa yang ada dipikiran kita dalam bentuk tulisan.

Pergi ke Taman Hutan Kota dan menyatu dengan alam menjadi agenda ketiga saat menyepi. Berjalan kaki di taman yang dikelilingi pohon tinggi yang rindang dan suara air mengalir dari sungai seakan memberikan ketenangan pada diri dan imun bahagia kembali hadir saat menikmati waktu di alam terbuka.

Menyenangkan diri menjadi agenda keempat. Menonton pertunjukkan musik & pergi ke tempat kuliner yang ingin kita tuju untuk membeli makanan yang kita inginkan, Melihat orang-orang berlalu lalang dari balik jendela restoran dengan wajah bahagia seakan menjadi obat andalan untuk sejenak melarikan diri dari stress yang dihadapi.  Isi dompet terkuras tetapi ada bahagia saat menikmatinya.

Menikmati waku berkuliner sambil melihat aktivitas manusia dari balik jendela. Foto: dokumentasi pribadi
Menikmati waku berkuliner sambil melihat aktivitas manusia dari balik jendela. Foto: dokumentasi pribadi

Tapi yang utama diantara aktivitas-aktivitas saat menyepi adalah mendekatkan diri pada Tuhan. Berbicara dan mengeluarkan isi hati kepada Tuhan, menangis, memohon mendapatkan jawaban dari seribu pertanyaan yang berkecamuk di pikiran, meminta ketenangan diri serta memeluk diri lebih utuh agar tidak salah membuat pilihan dan salah melangkah.

Tiga hari menyepi seakan menjadi jeda yang bermakna. Tanpa bercerita pada siapapun kecuali Tuhan dan buku diary tapi bisa menemukan obat sembuh bagi mental yang tengah sakit. 

Menyepi mampu memeluk diri lebih utuh dan mulai mendapatkan jawaban dari titik masalah yang sebenarnya dan apa yang harus dilakukan ke depannya. 

Yang pasti, sudah saatnya hidup untuk tidak lagi bergantung serta berharap lebih pada manusia yang pada perjalanannya lebih banyak memberi rasa kecewa bahkan menganggap kita ada hanya disaat membutuhkanmu saja.

"Manusia bisa menjauhi dan mengecewakan kita, tapi Allah tidak pernah"

Jadi hiduplah hanya bergantung pada Tuhanmu dan Tuhanmu.

Purwakarta, 19 Mei 2025

Oleh jiwa yang ingin sembuh

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun