Mohon tunggu...
Mirabina L. Azzahra
Mirabina L. Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN (Yogyakarta) 24107030100

Gadis yang menyukai jalan-jalan, kuliner, fotografi dan Pop-punk

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kisah Pak Surotin Pedagang Siomay: Menjemput Rezeki di Tanah Rantau

4 Juni 2025   15:50 Diperbarui: 4 Juni 2025   15:56 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret saya bersama bapak Surotin (Dokumentasi Pribadi)

Kini, lebih dari dua dekade sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di Jogja, Pak Surotin tetap setia pada gerobaknya. Tidak ada cabang   , tidak ada akun Instagram bisnis, tidak pula endorsement dari selebgram. Tapi di setiap gang yang ia lewati, di setiap pasar yang ia singgahi, ada pelanggan yang mengenalnya, menyapanya, dan menantikan siomaynya.

Di akhir perbincangan kami, saya bertanya apa yang membuatnya tetap bertahan.

"Saya hanya ingin hidup bermanfaat. Kalau nggak jualan, badan malah kerasa sakit. Mungkin memang ini jalan saya, Mba," katanya sambil melayani pembeli yang baru datang.

Potret saya bersama bapak Surotin (Dokumentasi Pribadi)
Potret saya bersama bapak Surotin (Dokumentasi Pribadi)

Namun, obrolan kami harus terhenti karena satu per satu pembeli mulai berdatangan. Dalam waktu singkat, suasana jadi agak ramai. Aku paham diri nggak enak juga lama-lama ngobrol saat beliau mulai sibuk melayani pelanggan lain. Akhirnya, aku tersenyum dan bilang, "Terima kasih, ya, Pak, sudah mau berbagi cerita." Beliau mengangguk sambil tetap melayani pembeli, lalu menyerahkan satu bungkus siomay yang kupesan seharga sepuluh ribu rupiah.

Aku melangkah pergi sambil membawa siomay hangat di tangan dan cerita hangat lainnya di kepala. Kadang, kita nggak perlu pergi jauh untuk menemukan inspirasi. Cukup berhenti sebentar, menyapa, dan mendengarkan.

Kisah Pak Surotin mengajarkan kita bahwa tidak semua pahlawan memiliki panggung megah. Kadang, mereka hadir dalam bentuk sederhana---seorang bapak penjual siomay yang setia berjalan kaki, menghidupi keluarga dengan tangan dan niat yang bersih. Di balik setiap gerobak, siapa tahu ada cerita yang lebih dalam dari sekadar dagangan.

Jadi, buat kita khususnya generasi muda, mungkin kadang lupa kalau perjuangan seorang ayah tidak selalu terlihat megah. Tapi justru dari kerja keras yang tenang dan penghasilan yang pas-pasan itulah ada pengorbanan luar biasa. Diam-diam, ayah seperti Pak Surotin sedang mengajarkan arti tanggung jawab yang sesungguhnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun