Coba jujur: pernah nggak sih merasa harus banget ikutan sesuatu, padahal sebenarnya nggak terlalu butuh atau bahkan nggak terlalu ingin? Misalnya, teman update story lagi nongkrong di kafe hits, lalu langsung tergoda checkout kopi 50 ribuan supaya tidak ketinggalan. Atau sedang scroll TikTok, melihat seseorang pakai skincare baru yang katanya bikin glowing maksimal, langsung ikut beli juga padahal dompet sudah menipis. Nah, itu dia yang namanya FOMO---Fear of Missing Out.
Fenomena FOMO ini semakin marak di kalangan anak muda zaman sekarang. Apalagi karena media sosial membuat hidup orang lain terlihat lebih "wah" dari kenyataan. Padahal, yang tidak terlihat adalah saldo rekening mereka setelah postingan itu tayang.
Apa Itu FOMO?
FOMO merupakan istilah kekinian yang berarti ketakutan ketinggalan momen atau tren. Bukan hanya soal nongkrong atau belanja, tapi juga bisa masuk ke keputusan hidup seperti investasi, ikut kelas online, sampai ke urusan gaya hidup. Menurut riset dari Journal of Business Research (Przybylski, et al, 2013), FOMO bisa memengaruhi kebahagiaan seseorang, karena orang jadi merasa dirinya kurang oke kalau tidak mengikuti apa yang dilakukan orang lain.
Dan dampak yang paling terasa? yapp Keuangan pribadi. Uang yang seharusnya bisa dipakai untuk kebutuhan penting malah habis untuk mengikuti tren yang sebenarnya tidak wajib.
Bayangkan, seseorang yang baru lulus kuliah dan digaji setara UMR, tapi gaya hidupnya ingin seperti anak sultan. Setiap akhir pekan harus nongkrong, pakaian harus selalu update, skincare 10 langkah wajib ada, dan tiap bulan harus traveling, minimal staycation. Ujung-ujungnya? Gaji habis tanggal 10, kartu kredit bengkak, dan akhir bulan jadi pelanggan setia mi instan.Faktanya, sebagian besar pengeluaran itu bukan untuk kebutuhan, tapi demi eksistensi. Supaya terlihat "gaul", supaya feed Instagram estetik, dan supaya tidak kelihatan ketinggalan zaman.
Dan ini bukan sekadar asumsi. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bank of America tahun 2023, sebanyak 56% anak muda (Gen Z) mengaku pernah mengeluarkan uang hanya demi mengikuti tren agar tidak merasa tertinggal, meskipun mereka sadar bahwa itu membuat kondisi keuangan mereka memburuk. Survei serupa dari CNBC juga menunjukkan hal yang sama: FOMO membuat banyak orang menjadi semakin konsumtif, dan sayangnya, tidak banyak yang sadar bahwa itu sudah menjadi kebiasaan yang merusak.
Antara Investasi dan Gaya Hidup FOMO
Lucunya, FOMO juga merambah ke dunia investasi. Banyak anak muda tergiur ikut investasi atau beli aset digital seperti kripto hanya karena temannya untung besar, padahal belum tentu paham risikonya. Akibatnya, banyak juga yang malah merugi karena hanya ikut-ikutan, bukan berdasarkan analisa.
Nih...salah satu contoh nyatanya, ketika Dogecoin sempat naik drastis karena cuitan Elon Musk. Banyak yang terburu-buru beli karena takut ketinggalan momen. Tapi begitu harga jatuh, semua panik. Ini jadi bukti bahwa FOMO bisa membuat keputusan finansial menjadi impulsif, tidak rasional, dan tentu saja tidak sehat.