Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Awaludien
Muhammad Iqbal Awaludien Mohon Tunggu... Penulis - Penulis konten suka-suka!

Berbagi informasi dan gagasan. Tergila-gila pada sastra, bola, dan sinema. Email: iqbalawalproject@gmail.com Blog: https://penyisirkata.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Benturan Alam Pemikiran Generasi Tua dan Muda dalam "The Farewell" (2019)

18 Desember 2020   09:55 Diperbarui: 18 Desember 2020   10:09 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasa kangen terhadap keluarga tidak bisa dibelenggu, meski jarak sejauh separuh dunia. Begitu pula rasa rasa sayang, dari seorang cucu terhadap nenek dan sebaliknya, tidak bisa dikikis begitu saja oleh perbedaan budaya.

Inilah yang dirasakan Billi Wang, warga Amerika keturunan Asia yang sudah 25 tahun tinggal di New York. Ia tetap merasa shock saat mendapat kabar dari Ayah-Ibunya bahwa sang nenek (Nai Nai) yang berada di Tiongkok, menderita kanker parah dan hanya punya waktu lebih kurang tiga bulan.  

Dengan nilai-nilai Barat yang kaffah melekat di dalam dirinya, seperti transparansi, keterusterangan, dan kebebebasan ekspresi, Billi meyakini kalau bentuk rasa sayang itu harus diungkapan dengan memberi tahu Nai Nai terkait apa yang sedang ia hadapi. Namun tak dinyana, keyakinannya itu malah mendapat penentangan keras dari sang Ayah dan Ibu yang kemudian menyitir pepatah bijak Tiongkok

"Ketika seseorang menderita kanker, bukan kanker itulah yang membunuhnya. Hal yang membunuhnya adalah rasa takut"

Itu artinya, kondisi Nai Nai harus disembunyikan serapat mungkin atau dengan kata lain, merekonstruksi keadaan seakan baik-baik saja. Billi pun putus asa, terlebih ia juga dilarang ikut menjenguk karena dianggap tak akan bisa mengontrol emosi yang dikhawatirkan berujung pada terbongkarnya rahasia.

Dari sinilah plot dalam film The Farewell (2019) bergerak: Kenekadan Billi yang menyusul sendiri dari Amerika untuk mengucapkan selamat tinggal; Keterpanaan Billi terhadap kondisi negeri leluhurnya; Interaksi canggung antaranggota keluarga yang telah puluhan tahun tak bersua; Pernikahan palsu yang diadakan agar bisa mengalihkan perhatian sang nenek; Dan pergulatan batin setiap anggota keluarga atas kebohongan yang mereka sepakati.

Lalu apakah Nai Nai akhirnya tetap meninggal? Dan apakah "kebohongan baik" itu berhasil menghindarkan sang nenek dari penderitaan?

Saya sarankan nonton sendiri filmnya untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, hehehe. 

Di sini saya hanya akan memberikan sedikit kesan yang timbul setelah nonton film garapan sutradara Lulu Wang ini. Pertama, saya merasa relate dan tersentuh karena penggambaran hubungan antara Billi dan Nai Nai begitu natural dengan kasih sayang yang terlihat begitu dalam, melebihi hubungan Billi dan orangtuanya sendiri.

Sebab, nenek yang biasanya bersikap agak diktator kepada anak-anaknya, dihadapan Billi justru melunak.  Sebaliknya, Billi yang biasanya kritis dan bicara blak-blakan, bahkan sering cekcok dengan sang Ibu, selalu menurut pada nasihat sang nenek.

Hubungan erat itu tentu tidak tiba-tiba turun dari langit, dan dengan cerdik, sejarah kedekatan tersebut dikonstruksi lapis demi lapis di dalam dialog-dialog antar tokoh yang bisa membuat kita bertanya pada dalam diri, terutama buat kamu-kamu yang merantau jauh dan sudah jarang pulang, "Gimana ya perasaan Kakek-Nenek  yang jauh dari anak-anak dan cucunya?"

"Masih ingatkah kita akan kenangan tak terlupakan semasa kecil bersama mereka?"

"Masih rutinkah kita berkomunikasi dengan mereka meski sekadar tanya kabar?"

Kedua, dialog-dialog cerdas di meja makan yang cukup provokatif dalam membenturkan nilai-nilai lama yang masih dipegang teguh generasi tua dan nilai baru yang ditawarkan generasi muda. Salah satu contohnya, pada sebuah acara makan malam bibi Billi yang selama ini mengurus Nai Nai di Tiongkok bertanya: 

"Di Amerika berapa lama bisa menghasilkan satu juta dollar?"

Billi menjawab santai "Itu uang yang besar, sangat lama pastinya"

Bibinya belum mau berhenti, "Di sini uang sebanyak itu bisa didapatkan dalam hitungan hari, buat apa harus ke Amerika untuk memperbaiki nasib?"

(Sumber gambar: thefilmexperience.net)
(Sumber gambar: thefilmexperience.net)
Ekspresi Billi datar saja mendengar itu. Namun ibunya tak terima dan langsung nyamber, "Suatu hari kami ke gereja dan Billi kecil melihat sebuah piano di sana lalu memainkannya tanpa izin. Hingga ia ditegur sang pendeta dan aku jelaskan bahwa anak kami ini sangat suka main piano tapi kami mohon maaf kalau ia mengganggu. Dan apa yang dilakukan pendeta itu kemudian?" Ibu Billi melempar pertanyaan kepada semua orang di meja makan.

"Pendeta itu memberikan kunci gerejanya"

Dan tanpa diduga Billi menyahut dan malah terkesan membela Bibinya, 

"Amerika tak seideal itu dan gereja tak mewakili seluruhnya, masih banyak masalah di sana, senjata ilegal, tunjangan kesehatan yang kurang ......... "

Bisa jadi Wang lewat sosok bibi ingin menggambarkan bahwa sebagian besar alam pikiran masyarakat Tiongkok kini sudah tidak lagi menganggap Amerika sebagai tempat perantauan ideal untuk perbaikan hidup. Mengingat, ekonomi Tiongkok sedang menggeliat bahkan melampaui Amerika.

Selanjutnya, melalui sosok ibu, ia ingin menegaskan bahwa tidak semua orang Tiongkok yang merantau motifnya semata-mata karena uang. Lebih dari itu, kebebasan dan rasa aman. Sosok Billi sendiri mewakili sosok anak zaman kiwari yang kritis dan edgy.

Ketiga, jenaka dengan porsi yang pas. Meski kadar lucu setiap orang berbeda-beda, saya yakin beberapa scene di film ini bakal membuatmu bahagia. Minimal menyunggingkan senyum sambil mikir, "Wah gue juga harus punya momen-momen lucu dan seru bareng keluarga kayak gitu"

Selamat menonton dan merasa kangen pada keluarga yang nun jauh di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun