Mohon tunggu...
Budi Waluyo
Budi Waluyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

An IFPer & a Fulbrighter | An alumnus of Unib & University of Manchester, UK | A PhD student at Lehigh University, Penn, USA. Blog: sdsafadg.wordpress.com. Twitter @01_budi. PIN BBM: 51410A7E

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sukses Wawancara Beasiswa Luar Negeri

25 Juli 2015   10:17 Diperbarui: 4 April 2017   18:23 3626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum memasuki ruangan wawancara, tariklah nafas dalam-dalam kemudian keluarkan perlahan. Lakukan hal ini berulang kali sambil berdo’a meminta kelancaran kepada Tuhan. Buatlah diri kita setenang mungkin. Tampilkan gaya seorang akademisi. Buang jauh-jauh pikiran bahwa panelis wawancara nanti akan lebih pintar. Tetapi, jangan masukkan pikiran bahwa mereka gampang dihadapi. Rasakan dan tanamkan didalam pikiran bahwa kita adalah the best candidate. Kitalah orang yang mereka cari. Hal kecil seperti ini penting dilakukan untuk mendapatkan sebuah awal yang baik.

Sesi wawancara diawali dengan sapaan salam, seperti Good morning, how are you today? Panelis wawancara yang memulainya, kemudian dilanjutkan dengan perkenalan. Ada panelis yang meminta kita memperkenalkan diri dahulu. Disini kita harus bisa memperkenalkan diri secara singkat, jelas dan padat dalam waktu tidak lebih dari 5 menit. Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya diberikan seperti:
- Please, introduce yourself to us in details.
- Please share with us about yourself and your reasons for applying to this scholarship.”
- Could you tell us more about yourself?
- Could you tell us about you and your field of study?

Pada dasarnya, pertanyaan-pertanyaan diatas terlihat biasa saja dan bisa ditebak akan selalu muncul dalam sesi awal wawancara. Namun, bila tanpa persiapan sebelumnya, jawaban yang diberikan bisa jadi biasa-biasa saja pula. Ini titik awal untuk memunculkan ketertarikan panelis wawancara pada diri kita. Maka, berikanlah jawaban yang berbobot dan berisi. Jawaban yang berbobot dan berisi untuk pertanyaan-pertanyaan perkenalan ini bisa meliputi nama, asal, tempat kerja, tanggung jawab di tempat kerja, research interest, topik penelitian yang akan dikerjakan saat S2 nanti dan kenapa melamar beasiswa itu.

Contoh:

My name is Andrianto from Central Java. I work as a lecturer at Smart University. I teach English at this University. I have a high interest in research about …….. I have written some papers on this topic (bila sudah ada). My previous research (penelitian S1) was about … When I was doing the research, my interest on the topic grew. This research is important considering some problems, such as … (disini bisa dijelaskan masalah yang bisa diselesaikan dengan penelitian ini). Besides, I have a future goal to a ….. (kaitkan dengan penelitian itu, bisa juga dikaitkan dengan karir yang akan dikejar, atau pengalaman pekerjaan). I am applying this scholarship to pursue my Master’s/ Doctoral degree in the area of ….

Bisa dikatakan, jawaban yang kita berikan adalah rangkuman dari aplikasi beasiswa yang telah kita isi. Sehingga, ketika panelis wawancara mendengarnya, mereka sudah mendapatkan sekilas gambaran tentang diri kita. Mereka pun akan langsung menangkap poin-poin tertentu dari yang kita sampaikan, kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal tersebut. Ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kita memahami apa yang telah kita sampaikan. Pelamar yang tanpa persiapan akan kelabakan mengatasi pertanyaan-pertanyaan ini. Walaupun sebenarnya bila diberikan waktu lebih banyak untuk berpikir, mereka akan mampu mengatasinya. Sayangnya, waktu yang diberikan hanya sepersekian detik, layaknya seperti sebuah percakapan tanya jawab.

Di sesi wawancara beasiswa yang lain, Fulbright misalnya, interwee tidak diminta untuk memperkenalkan diri. Hal ini dikarenakan panelis wawancara sudah membaca aplikasi beasiswanya. Panelis wawancara memperkenalkan diri mereka satu persatu atau diperkenalkan oleh satu orang panelis. Disini, kita perlu menyimak dengan baik perkenalan ini, terutama nama mereka. Bila kita ingat nama mereka, kita bisa memulai jawaban dengan Thank you Mr. Smith, dan sebagainya. Kemudian panelis wawancara akan mulai memberikan pertanyaan satu persatu. Biasanya, tiap-tiap penulis sudah mengantongi poin-poin yang akan mereka tanyakan.

2. Pertanyaan tentang topik penelitian

Topik penelitian yang akan kita kerjakan nanti saat S2 adalah hal pokok yang akan ditanyakan pada sesi wawancara. Poin-poin yang ditanyakan bisa meliputi alasan kenapa tertarik dengan topik itu, apa manfaat dan kontribusi yang diberikan, bagaimana kita akan melakukannya, dan apa yang akan kita lakukan dengan findingsnya selesai studi S2 nanti. Oleh sebab itu, mulailah membuat skema atau sistematika untuk jawaban yang akan diberikan sebelum sesi wawancara tiba.

Pertanyaan-pertanyaan ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana pengetahuan kita tentang topik penelitian yang kita angkat. Para panelis wawancara sudah pasti kalangan akademik yang sudah bergelut dengan tulisan-tulisan akademik, seperti penelitian. Mereka bisa menilai apakah pengetahuan yang kita miliki sudah memadai atau belum untuk bisa melakukan penelitian tentang topik tersebut. Belum lagi, salah satu dari panelis biasanya adalah orang yang paham area yang kita akan pelajari.
Jadi, tidak jarang setiap jawaban-jawaban yang diberikan bisa dipatahkan atau diputar balikkan oleh mereka. Kita perlu memiliki keyakinan yang kuat atas apa yang telah kita sampaikan. Disini, panelis akan melihat karakter diri kita dalam memahami dan mempertahankan sebuah ide atau gagasan. Namun, kita tidak juga harus berlaku egois alias menang sendiri. Bila memang pernyataan dari panelis itu benar, kita bisa mengatakan kalau kita baru mengetahuinya dan akan memperbaikinya kedepan.
Tidak usah berkecil hati bila banyak sekali kekurangan - kekurangan yang disampaikan panelis wawancara terhadap rencana atau topik penelitian kita. Selama kita menjawabnya dengan lugas dan dengan alasan-alasan yang kita anggap benar, everything is gonna be OK. Justru, bila kita cenderung melempem dan mengalah, itu bisa menimbulkan keraguan dari panelis wawancara. Mereka mencari orang yang kuat, secara pemikiran dan matang dalam emosi. Mereka tidak mencari siapa yang kalah atau menang dalam sesi wawancara ini.

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang biasa diberikan tentang topik penelitian.
- What makes this topic interesting?
- Why are you interested in this topic?
- How is your previous study, research or experience relevant to the topic you are proposing?
- Have you searched for programs at Universities in the US/ UK that offer what you are looking for?
- How can the universities in the US/ UK help you for this research?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun