Mohon tunggu...
Budi Waluyo
Budi Waluyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

An IFPer & a Fulbrighter | An alumnus of Unib & University of Manchester, UK | A PhD student at Lehigh University, Penn, USA. Blog: sdsafadg.wordpress.com. Twitter @01_budi. PIN BBM: 51410A7E

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sukses Wawancara Beasiswa Luar Negeri

25 Juli 2015   10:17 Diperbarui: 4 April 2017   18:23 3626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bersama Penerima Beasiswa Fulbright dari berbagai negara di Pittsburgh (Foto: Budi Waluyo)"][/caption]

“If you think you can win, you can win. Faith is necessary to victory.” ~ William Hazlitt

Interview (wawancara) umumnya adalah tahap terakhir dari proses seleksi beasiswa S2 ke luar negeri. Bersyukurlah bagi yang berkesempatan dipanggil dalam sesi wawancara beasiswa. Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan ini. Ini artinya mereka telah mengalahkan puluhan bahkan ratusan pelamar lainnya di tahap administrasi. Ini juga menunjukkan bahwa si sponsor beasiswa melihat ada sesuatu di aplikasi kita yang menarik minat mereka sehingga perlu dipanggil wawancara untuk lebih meyakinkan lagi. Kesempatan untuk terpilih menjadi the next scholar juga terbuka lebih besar.

Pada dasarnya, aplikasi beasiswa yang kita isi dan kirim di tahap administrasi lalu adalah rujukan para panelis wawancara. Di sesi wawancara ini, masing-masing pewawancara telah memegang aplikasi yang kita isi. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh mereka pun terkadang sama dengan pertanyaan yang ada di aplikasi beasiswa. Mereka (panelis wawancara) selalu ingin menggali lebih jauh apa yang ada didalam diri kita dengan menjadikan aplikasi beasiswa sebagai rujukan.
Pelamar yang memiliki profil yang bagus di aplikasi beasiswa akan cenderung lebih mudah menghadapi sesi wawancara selama si pelamar memahami semua hal yang diisinya. Namun, dalam beberapa kasus, pelamar yang biasa saja di aplikasi beasiswa bisa berubah menjadi kandidat kuat untuk menjadi penerima beasiswa di sesi wawancara. Banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain self-confidence, cara penyampaian, kecekatan dalam memahami pertanyaan yang diberikan, dan lain sebagainya.
Perlu dipahami bahwa sesi wawancara sangat berbeda dengan percakapan biasa. Bila dilihat sekilas, memang hanya sekedar tanya jawab. Tetapi, karena kesempatan untuk menyampaikan jawaban tidak lama, maka perlu dipelajari dahulu sebelum sesi wawancara tiba. Bahkan, walaupun sudah latihan di rumah, masih ada saja kendala kita nanti dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam sesi wawancara.

Poin lainnya yang perlu diketahui adalah para panelis wawancara akan selalu mencoba mencari kekurangan kita. Jangan pernah berharap pujian dari panelis wawancara. Beberapa pertanyaan atau tanggapan dari panelis wawancara terkadang tidak enak didengar, seperti terkesan merendahkan kita, tidak percaya, dan lain sebagainya. Disini kita harus bisa mengendalikan diri, terutama emosi. Mereka hanya menguji, seberapa jauh kita yakin dengan apa yang kita bawa (tulis di aplikasi) dan sejauh mana kita dapat menjelaskan hal tersebut dengan baik hingga membuat mereka percaya sepenuhnya dengan kemampuan kita.

Interview questions

"We need to learn to treat our own brain better - understanding how it works will help us do that." - Richard Bandler

Kesuksesan dalam sesi wawancara sangat bergantung sekali dengan kesiapan kita sebelum sesi wawancara itu tiba. Jangan pernah sia-siakan kesempatan ini karena untuk sampai ke tahap wawancara ini tidaklah mudah. Aku punya seorang teman yang pernah dipanggil wawancara beasiswa S2 ke luar negeri. Sebelumnya, saat dia masih mengisi aplikasi beasiswa tersebut, dia rajin bertanya kepadaku. Dengan tekun dia isi aplikasi itu. Namun, sayangnya, ketika dia dipanggil wawancara beasiswa itu, dia tidak mempersiapkan dirinya dengan baik. Dia cenderung bersantai ria seakan tidak ada beban. Ditambah lagi akan berangkat ke Jakarta dengan gratis karena ongkos ditanggung oleh sponsor beasiswa.

Alhasil, di sesi wawancara, jawaban-jawaban yang diberikannya tidak berbobot. Tidak menujukkan dia sebagai kandidat yang siap untuk studi S2. Seperti misalnya, saat ditanya alasan kenapa memilih universitas yang diletakkannya didalam aplikasi beasiswa, dia menjawab: sebenarnya saya tidak terlalu memahami universitas tersebut tapi sepertinya universitas itu bagus.
Seharusnya, bila dia benar-benar sudah mempersiapkan diri, banyak alasan atau jawaban yang lebih baik dari itu yang bisa diberikan. Jawaban yang memberikan kesan kalau dia sudah memahami semuanya. Jawaban yang lebih terkesan akademik, misalnya saya memilih universitas ini karena tenaga pengajar dan fasilitas yang ada disana sangat mendukung studi S2 saya nanti. Saya juga sudah membaca banyak literature di bidang saya dan saya menemukan sebagian besar penulis mengajar di universitas ini.

Oleh sebab itu, sangat perlu mengetahui bagaiman proses sebuah wawancara beasiswa berjalan. Terlebih lagi, kita juga perlu mengetahui pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang biasanya diberikan oleh panelis wawancara beasiswa serta jawaban-jawaban seperti apa yang tepat untuk menjawabnya.

1. Sesi awal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun