Mohon tunggu...
Cathaleya Soffa
Cathaleya Soffa Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga

Bersyukur dan jalani saja hidup ini. Man jadda wa jadaa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kita Sudah Melewati Batas Cemas

22 Mei 2019   10:57 Diperbarui: 22 Mei 2019   11:03 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita semalam melewati batas cemas. Ketika desing suara peluru saling berjatuhan. Aku terduduk. Lunglai dalam bekap cekam yang sangat mengerikan. Di antara rumah gedung dan trotoar. Jalanan hambur pekikkan kalimah takbir.

Kita hanya digugah oleh keterlambatan. Oleh kedamaian, keramaian yang tersandera. Oleh kata demokrasi yang bukan lagi nyaris rubuh. Tapi sudah lantak. Tak ada kosakata itu. 

Tersungkurku dalam geming. Teriakan teriakan berdesis menggugurkan senyap yang riuh. Peduli apa kepada kita yang hanya tinggal tulang belulang. Kita hanya menjadi segelintir debu. Termakan nafsu. Kita dirajai angkara. 

Tak usah basa basi. Kita bagian dari tanah ini. Tanah kelahiran ini. 

Kita sudah melewati batas cemas. Semenjak noda noda bertahta. Kau dan aku menyalami nasib luka yang sama. Kita menyuguhi irisan irisan bunga pagi. Anak anak yang damai. Para orang tua yang menumbuhkan harapan. Mereka yang hidup dalam jejak anak nagari. Tak mendapatkan hak bergembira di tanah sendiri.

Aku ingin mengadu. Tapi kepada siapa? Aku ingin pergi. Tapi harus pergi kemana? Aku ingin menangis. Apa yang harus ditangisi? Toh ini hanya sekedar drama kolosal. Kisah dengan cuplikan yang diperankan oleh orang orang yang hatinya rancu. 

Kembali aku ingin berteriak. Kau tergagap. Kemudian menguap. Tapi untuk apa? Tak berarti lagi. Siapa yang akan mendengarkan?atau aku berlari saja? Atau... Atau aku mati saja. Kau nyilu yang gagu.

Kita. Kau dan aku. Adalah sandra sandra para pembidik berangkara. 

Kita. Kau dan aku. Adalah kelinci kelinci yang imut. Sangat imut dan lucu.

22 Mei 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun