Remang meremang senja merebah. Ketika saga tak berwarna. Mengucilkan diri, dibalik tatapan sangar elang yang membuana. Ia mengepak. Terbang saja kerjaannya.Â
Remang meremang senja merubuh. Seonggok daun daun. Dihela hempas ampas ampas debu yang menetas. Melepas senyap. Dikepak sayap sayap elang yang sibuk menenangkan sunyi. Ia seringkali tersesat. Melintasi batas batas. Tanpa ia tahu. Gemuruh badai sedang menunggunya.
Dalam hingar yang pengar. Suara desis angin melaju memporak poranda. Melahap apa saja. Meluluhlantakkan segala apa saja. Aku menemukan sepasang mata merangkak. Di atas pusara puing puing bayu yang meretak. Di bintang pelupuknya. Kulihat hatinya terkoyak. Raganya terpatah patah.Â
Aku menemukannya jatuh. Di ceruk paling jauh. Aku menemukannya... serupa kepingan kepingan.
Ah... malam. Ketika langit tak mampu mengurai jeri. Dan semesta tak mau mengikat janji. Belah belah hati menjadi nyeri. Tak terperi. Sudah waktunya menakar henti. Rela. Mengkultuskan tulus. Bahwa Tuhan sebaik baik kembali.Â
19 Mei 2019