Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Tamu Tengah Malam

30 Oktober 2021   12:58 Diperbarui: 30 Oktober 2021   20:21 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hembusan angin dari pepohonan raksasa yang berada di sekitar rumah itu kala cahaya rembulan mulai terbangun dari mimpi panjangnya, benar-benar membuat bulu kuduk berdiri. Semilir tiupannya sangat kerasa masuk ke dalam jiwa lewat celah dinding rumah gubug itu. Pintu rumah mereka tak pernah terkunci. Ditiup semilir angin saja, sudah terbuka. Kesusahan hidup melanda kehidupan mereka sehari-hari. Dan lelaki muda itu masih memagut waktu. Dan entah berapa kali dirinya menyampaikan masalah tersebut kepada Ibunya, selalu narasi elakan yang keluar dari mulut Ibunya.

" Mohon bersabar, Nak. Ayahmu belum pulang dari Kota. Insya Allah, kalau ayahmu pulang, lubang-lubang itu akan diperbaikinya. Pintu akan diperbaikinya pula," sahut Ibunya.  

lelaki muda itu hanya terdiam. Matanya masih memandang keluar rumah lewat celah dinding rumahnya yang terbuat dari daun rumbia.

" Sholat sana. Azan magrib sudah terdengar," ujar Ibunya sembari meninggalkan dirinya yang masih mematung bak patung Liberty.

Malam semakin menjauh.  lelaki muda itu tiba-tiba  tertidur dengan sangat nyenyaknya. Padahal lelaki itu hanya tidur beralaskan tikar yang dipenuhi dengan lobang-lobang kecil yang mendiorama tikarnya.  Bunyi suara goresan yang sangat aneh membangunkannya dari lelap tidurnya yang kusut masai. 

Dia memandang disekitarnya.  Menajamkan telinganya untuk mendengarkan dengan seksama. Dia masih tidak tahu darimana suara itu berasal. Dia lalu mendatangi kamarnya Ibu. Dan dengan setengah suara setegah berbisik dia menceritakan apa yang didengarnya kepada Ibunya.
"Bu," bisiknya.

" Ada suara aneh di sekitar rumah kita." lanjutnya.
Ibunya bangun dan mengerang. 

"Barangkali itu hanya ranting pohon yang menyentuh dinding rumah kita,Nak," katanya.

"Tapi pohon-pohon itu jauh dari rumah kita,Bu,"jawab Lelaki itu.

"Kalau begitu, mungkin itu hanya tikus  yang menggaruk dinding rumah kita," gumam ibunya.

lelaki itu tampak sekali enggan kembali ke kamarnya. Dia masih duduk di lantai rumah dekat kamar Ibunya.  Dia masih terlihat sangat gugup dan juga takut. Sementara mulutnya komat-kamit membaca ayat-ayat suci yang pernah diajarkan guru ngajinya. Kantuk yang menyerang matanya, membuat dia kembali ke kamarnya  dan memejamkan mata. Saat hampir tertidur, dia mendengar suara garukan lagi. Kali ini lebih keras, tapi ia mencoba mengabaikannya dan terus melanjutkan tidurnya. Mulutnya kembali komat-kamit membaca ayat-ayat suci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun