Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Di Malam Jahanam, Sang Koruptor Itu Mati

12 September 2021   19:08 Diperbarui: 12 September 2021   19:30 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Predikat koruptor yang dilekatkan media membuat  kehidupannya mati disaat dirinya masih segar bugar.
" Memalukan," ujar kakaknya sambil membanting koran yang memuat wajahnya.
" Merendahkan martabat keluarga besar kita," sambung adik perempuannya.
" Gara-gara dia sampai kiamat keluarga ini akan diberi stempel oleh masyarakat sebagai keluarga koruptor," sambung saudaranya yang lain. 

Suasana di rumah keluarga besarnya pun jadi semakin semerawut dengan berbagai sumpah serapah dari keluarganya. Hanya Sang Ibu yang tak bernarasi. 

Mulutnya komat kamit menyaksikan adegan anak-anaknya menghamburkan frasa sampah dari mulut mareka terhadap sanak saudaranya yang ditempa penderitaan.

Bahkan mertua dan keluarga besar istrinya pun kini harus menanggung malu akibat aksi purbanya saat menjadi pemimpin. Ayah mertuanya berkali-kali harus diopname setiap pemberitaan tentang menantu muncul di koran dan televisi. 

Demikian pula dengan keluarga besarnya yang lain yang terpaksa harus menutup diri dari pergaulan karena ulah purbanya yang amat mencoreng nama baik keluarga istrinya.


" Saya tidak menyangka. Sama sekali tidak menyangka. ternyata dibalik kebaikkanmu tersimpan sikap yang tak manusiawi. Kalau saya tahu akan jadi begini, tidak akan saya izinkan dan restui anak saya menikah dengan kamu," teriak Ibu mertuanya.
" Dasar lelaki tua bangka. Makin tua bukannya beramal dan berbuat baik malah korupsi," ungkap mertuanya saat mengunjungi dirinya di hotel prodeo. 

Apologi maaf yang dilontarkannya dengan tulus dan rasa penyesalan yang mendalam tak mampu obati kekecewaan dari sang mertua. Sumpah serapah pun meluncur dari keluarga besar istrinya. lelaki tua itu hanya tersenyum kecut. 

Wajahnya menampakkan penyesalan tiada tara yang tak berarti dan tak menolong.

Sirene ambulans berhenti di areal taman pemakaman umum. Sejumlah orang telah menunggu untuk memulai prosesi pemakaman. Tak ada sanak keluarga. 

Tak ada handai tolan. Yang ada hanya para petugas pemakaman yang siap menghantarkanya kembali kepangkuan Sang Maha Pencipta. 

Senja makin tenggelam dalam rengkuhan sinar rembulan yang datang menyeruak disela-sela para petugas pemakaman yang satu per satu mulai meninggalkan areal pemakaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun