Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Keris Mang Liluk

20 Agustus 2021   15:20 Diperbarui: 20 Agustus 2021   15:36 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Saya kini baru tahu. Rupanya Pak Sekdes itu masih punya hubungan darah dengan Mang Liluk," bual Roy di kedai kopi Ko Aloi.

" Itu mah sudah kabar basi. Penduduk disini sudah lama tahu soal pertalian darah antara Mang Liluk dengan Pak Sekdes. Jadi Pak Sekdes lah yang berhak sebagai pewaris keris sakti itu," jawab Tomi.

Sementara itu para kolektor barang antik belum sepenuhnya percaya akan kesaktian dan kedigdayaan keris yang dimiliki Mang Liluk sebab keris itu bukan sembarangan barang peliharaan. Dalam setahun setidaknya 2 kali keris itu harus didarahi dengan 15 ekor darah ayam jago. Sekali saja prosesi itu diabaikan, maka ksaktiannya pun hilang.

Dan bagaimana mungkin Mang Liluk mampu melakukan prosesi itu sementara hidupnya hanya mengandalkan dari hasil kebun singkong yang tidak seberapa luasnya. Dan kalaupun Mang Liluk masih menyimpan keris pusaka mbah Gunung benjol BERTUAH, toh kesaktiannya pun sudah tak  ampuh lagi. Jangan-jangan keris itu hanya sebagai keris biasa. Demikian pikiran dalam otak para pemburu kolektor barang antik itu.

Dugaan para kolektor itu tak sepenuhnya benar dan akurat. Mareka semua lupa dan alpa atas perbuatan baik manusia. Mareka para pemburu barang antik itu tidak tahu betapa berterimakasihnya para petani dan pekebun atas jasa Mang Liluk yang telah membantu mareka sehingga lahan pertanian yang telah mareka garap secara turun temurun itu gagal dijadikan lokasi pertambangan oleh perusahaan besar.

 Atas jasa Mang Liluk yang meminta Pak Gubernur dan Pak Bupati untuk tidak menjadikan lahan pertanian pertanian penduduk sebagai lokasi pertambangan. Dan selagi Mang Liluk masih hidup tak kan ada yang berani mengganggu dan mengotak-atik soal kawasan pertanian milik penduduk. itulah sebabnya secara bergilir dan bergotongroyong penduduk selalu menyediakan ayam jago ketika keris mang Liluk hendak didarahi. Apapun sanggup mareka lakukan untuk membantu Mang Liluk, orang yang telah membuat mareka bisa hidup dan bertani. Jangankan cuma ayam jago, sapi, kambing bahkan kerbau jantan pun sanggup mareka bantu untuk Mang Liluk.


Mang Liluk mulai resah. Pria gaek ini teringat akan amanah yang disampaikan Residen Belanda yang memberinya keris itu sebagai hadiah perpisahaan saat residen meninggalkan negeri ini. 

Semasa muda, Mang Liluk adalah penjaga malam di rumah Residen Belanda. Mang Liluk juga pandai memantun syair-syair kuno yang amat memikat hati bagi yang mendengarnya.Keahlian ini sama sekali tak diketahui oleh para warga karena Mang Liluk memang jarang memamerkan kepada penduduk. 

Dan hampir tiap malam Mang Liluk menendangkan dam menyairkan pantun-pantun kuno yang sarat nasehat bagi kehidupan. Residen amat tertarik dan senang dengan syair pantun Mang Liluk yang membuat dirinya makin sadar arti kehidupan dan kemanusiaa.

Itulah sebabnya sebelum Residen keperaduan, biasanya Mang Liluk menyairkan pantun untuk Tuan Residen. Bahkan kadangkala kalau ada tamu penting dan pesta di rumah Residen, Mang Liluk selalu diminta untuk menyairkan pantun di depan para tetamu Residen. Dan biasanya mareka sangat puas dan puas atas syair pantun Mang Liluk yang sarat akan nasehat.

Dan ketika sudah waktunya Residen pulang ke Belanda, sebagai tanda terima kasih atas pengabdian Mang Liluk , Tuan Residen memberinya keris yang selama ini selalu terpajang dengan anggun diruang tamu rumah Residen sebagai ornamen rumah. Dan Tuan Residen berpesan bila saatnya ajal Mang Liluk tiba, maka keris itu harus ditanamkan dalam lobang yang berkedalaman 8,6 meter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun